Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) terus memacu kredit pemilikan rumah (KPR) mereka di tengah tren tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa sejak Juli hingga pertengahan November 2022, kenaikan suku bunga acuan BI sudah mencapai 175 basis poin (bps). Suku bunga acuan BI saat ini berada di posisi 5,25 persen.
"Meskipun demikian, KPR BCA masih mempertahankan suku bunganya," ujar Hera kepada Bisnis pada Rabu (23/11/2022).
Ia mengatakan bahwa hingga saat ini, BCA juga belum menaikkan suku bunga kreditnya. Berdasarkan data suku bunga dasar kredit (SBDK) yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga KPR BCA berada di level 7,20 persen.
BCA juga menyediakan berbagai variasi suku bunga KPR, antara lain bunga 3,85 persen fix selama 3 tahun. Penawaran ini masih berlaku sampai dengan akhir Desember 2022.
Di samping itu, guna memacu kredit konsumsi, termasuk KPR, BCA menggelar BCA Expo Hybrid yang berlaku sejak September hingga akhir Desember 2022.
Tercatat, sampai akhir September 2022 perseroan telah menyalurkan KPR sebesar Rp105 triliun atau naik 10,4 persen yoy.
Berdasarkan data uang beredar BI, KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) perbankan secara keseluruhan per Oktober 2022 telah tumbuh 7,8 persen yoy menjadi Rp606,3 triliun. KPR dan KPA telah berkontribusi 50,6 persen terhadap kredit properti dari perbankan per Oktober 2022.
Meski begitu, berdasarkan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis BI, Senin (21/11/2022), permintaan KPR diperkirakan menurun selama 3 hingga 6 bulan ke depan.
Turunnya permintaan selama 3 bulan ke depan terindikasi dari melemahnya pangsa KPR dari 13 persen pada September 2022 menjadi 10,4 persen pada Oktober.
Sementara itu, pada periode 6 bulan mendatang, kebutuhan terhadap pembiayaan KPR juga cenderung melemah. Pada Oktober 2022, pangsa KPR tercatat berada di posisi 6,9 persen, sedangkan bulan sebelumnya mencapai 10,2 persen.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa pelemahan permintaan KPR itu terjadi karena kondisi umum secara makro ke depan memang sulit diprediksi.
"Kenaikan tingkat suku bunga acuan dari BI juga menjadi faktor," jelas Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel