Produksi Perikanan Budi Daya Sulsel Capai 3,07 Juta Ton

Bisnis.com,24 Nov 2022, 13:05 WIB
Penulis: Nugroho Nafika Kassa
Nelayan memindahkan rumput laut yang dipanennya di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan, Senin (4/9/2019)./Bisnis

Bisnis.com, MAKASSAR — Total produksi perikanan budi daya di Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan III/2022 telah mencapai 3,07 juta ton atau senilai Rp16,82 triliun. Targetnya, produksi perikanan budi daya wilayah ini bisa mencapai 4,1 juta ton sepanjang 2022, lebih tinggi dibanding total produksi 2021 yang hanya 4,06 juta ton.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel Muhammad Ilyas mengatakan, target tersebut akan direalisasikannya dengan mengakselerasi berbagai komoditas unggulan seperti rumput laut dan udang.

Rumput laut sendiri diketahui menjadi komoditas unggulan Sulsel dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan Kementerian Investasi/BKPM memasukkan budi daya rumput laut di wilayah ini sebagai salah satu proyek dalam peta peluang investasi (PPI) yang disusun tahun ini.

Produksi rumput laut Sulsel hingga triwulan III/2022 tercatat telah mencapai 2,86 juta ton atau senilai Rp10,47 triliun, tertinggi dibanding semua komoditas perikanan lainnya. Angka ini terus dikebut hingga bisa menyamai produksi sepanjang 2021 yang mencapai 3,78 juta ton.

Sementara produksi udang di Sulsel hingga triwulan III/2022 mencapai 45.432 ton atau senilai Rp2,57 miliar. Jenis udang yang menjadi unggulan di Sulsel antara lain Windu dan Vaname.

Khusus udang windu, Pemprov Sulsel beberapa kali memberikan bantuan kepada para petambak berupa benih. Terbaru pihaknya menabur 30.000 benih udang windu di Kecamatan Lansirang, Kabupaten Pinrang. Penaburan ini sebagai program tabur 30 juta benih udang windu di areal seluas 1.000 di Sulsel. 

Sebelumnya juga sebanyak 250.000 benih udang windu disalurkan untuk kelompok pembudidaya di Pulau Lakkang, Kota Makassar. Diharapkan para pembudidaya bisa melakukan budi daya secara maksimal sehingga bisa mengembalikan kejayaan udang windu. 

Komoditas perikanan budi daya di Sulsel sendiri telah konsisten diekspor ke beberapa negara tujuan, seperti Jepang, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Meskipun begitu, masih ada beberapa kendala yang kerap dialami petambak dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas komoditasnya untuk siap ekpor.

Terutama soal benih unggul, penyakit, bahkan teknologi irigasi tambak. Oleh karena itu pihak pemprov dikatakan Ilyas saat ini tengah melakukan edukasi secara massif kepada para pembudidaya.

"Kendala yang dihadapi budi daya masih soal benih unggul terutama induk udang juga bibit rumput laut. Saluran irigasi tambak yang berdampak pada kualitas air juga kerap jadi kendala. Serta penyakit pada udang, dan pakan masih dari luar Sulsel jadi harga cukup mahal," jelas Ilyas kepada Bisnis, Kamis (24/11/2022).

Sementara Ekonom Universitas Hasanuddin Prof Hamid Paddu mengatakan, pemerintah saat ini harus bisa mendukung para petambak dari sisi teknologi yang lebih modern, setidaknya bisa menghindarkan dari serangan penyakit dan hama. 

"Kita harap dengan teknologi yang ada oleh masyarakat, itu bisa berproduksi dengan baik dan terhindar dari berbagai macam penyakit hama. Sehingga lebih mendorong ekspor lagi," ungkapnya. 

Selain itu, pemerintah juga tak boleh hanya fokus pada benih saja, namun saat panen diharapkannya juga bisa lebih diperhatikan. Mulai dari membuka jalan ekspor hingga memudahkan prosedur ekspor bagi para petambak. 

"Kalau sudah berproduksi, pemerintah bisa membukakan atau membantu pasarnya. Sehingga itu bisa berlanjut, berputar buat petaninya tentu akan mendorong ekonomi untuk dikembangkan sebagai produk unggulan," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini