Simak! Sektor-sektor Ini Diramal Tahan Badai 2023

Bisnis.com,26 Nov 2022, 15:18 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja saham di Indonesia sepanjang tahun ini bervariasi, dengan sejumlah sektor mencetak kinerja unggul dan lainnya melemah. Sejumlah sektor mulai dari telko, energi, hingga barang konsumsi diperkirakan masih unggul pada 2023.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan sejumlah sektor yang berkinerja unggul sepanjang tahun ini di antaranya, ada sektor energi, industri, transportasi, dan logistik.

“Sektor energi secara year to date [ytd] tumbuh 79 persen, sektor industri tumbuh hampir 19 persen, transportasi dan logistik 12 persen. Ada yang underperform seperti teknologi turun 28 persen, properti turun 8,3 persen dan infrastruktur turun 5,4 persen,” ungkapnya dalam webinar, Sabtu (26/11/2022).

Josua menerangkan, kinerja saham-saham sektor energi sejalan dengan kenaikan harga komoditas, dan penjualan yang meningkat. Oleh karena itu, sektor komoditas tahun depan masih bisa menjadi momentum untuk produsen meningkatkan kapasitas produksinya.

Adapun risiko globalnya di antaranya perlambatan ekonomi global yang akan berimplikasi pada normalisasi harga komoditas.

“Tapi sampai kuartal II/2023 diperkirakan masih akan cukup tinggi harganya khususnya batu bara. Semester II/2023 harga komoditas akan kembali melandai karena permintaan menurun dan suplai meningkat,” ujarnya.

Selanjutnya, sektor yang akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tahun depan pertama ada sektor telekomunikasi karena adanya komitmen pemerintah mendorong tansformasi digital dan perekonomian di sektor keuangan.

“Ini menjadi momentum yang penting untuk ekonomi Indonesia. Report dari Google Temasek juga menjelaskan bahwa pangsa ekonomi digital Indonesia hingga 2025 ini masih memiliki pertumbuhan yang positif, akan berkembang terus sehingga kebutuhan infrastruktur digital juga akan terus berkembang,” paparnya.

Kedua, hilirisasi industri, khususnya industri mineral dasar seperti nikel yang sudah nyata terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Kinerja smelter nikel sangat positif dan pemerintah akan bisa memperluas ke beberapa logam dasar lainnya ke bauksit, timah, dan tembaga.

Sektor lainnya makanan minuman dan barang konsumsi non-siklikal. Hal ini melihat konsumsi masyarakat untuk kebutuhan dasar tetap terjaga.

Lalu sektor utilitas terkait dengan pembangunan smelter dan kawasan industri, juga akan terus tumbuh. Perkembangan sektor tersebut juga membutuhkan suplai listrik gas air, sehingga sektor listrik, gas, dan air juga akan tetap tumbuh positif.

“Kita percaya pertumbuhan ekonomi masih positif, struktur ekonomi kita saat ini sangat ditopang oleh konsumsi dalam negeri sehingga dampak dari eksternal untuk ekonomi kita lebih terbatas. Dan fiskal policy kita yang masih punya ruang untuk melakukan countercyclical policy,” imbuhnya.

Sisi negatifnya adalah perlambatan ekonomi global yang mendorong normalisasi harga komoditas, khususnya mulai semester kedua, kenaikan suku bunga global dan domestik, dan tingginya inflasi yang bisa membatasi belanja masyarakat, faktor geopolitik, dan pemilu domestik yang akan dilaksanakan pada 2024 yang akan mempengaruhi kinerja ekonomi semester kedua.

“Karena biasanya 1-2 kuartal sebelum pemilu, investor cenderung wait and see untuk investasi langsung. Namun, kami yakin IHSG bisa tetap bertahan di atas 7.000 tahun ini. Tahun depan dengan tren normalisasi komoditas, perlambatan ekonomi global, tentunya pertumbuhan tahun depan tidak setinggi tahun ini dan mungkin akan ada penyesuaian,” Ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini