Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa ekonomi dunia menghadapi resflasi, yaitu resesi ekonomi disertai dengan laju inflasi yang tinggi.
Sejumlah tekanan dari sisi eksternal pun menurutnya masih perlu terus diwaspadai, mulai dari perang Rusia dan ukraina yang belum berakhir, perang dagang Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.
BI juga menyoroti perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, salah satunya China yang akan melanjutkan kebijakan lockdown dalam 6 bulan ke depan.
“Harga energi dan pangan masih tinggi, pasokan dan distribusi barang masih tersendat, dunia menghadapi risiko stagflasi, bahkan resflasi,” katanya dalam Pertemuan Tahunan BI 2022, Rabu (30/11/2022).
Perry menyampaikan, pengetatan moneter di negara maju, terutama kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) juga perlu diwaspadai.
Sejalan dengan itu, dolar AS terus menguat, yang menambah ketidakpastian pasar keuangan negara berkembang.
Untuk itu, BI menyiapkan bauran kebijakan, di mana kebijakan moneter akan diarahkan untuk tetap menjaga stabilitas, sementara kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, hingga ekonomi dan keuangan inklusif akan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pada kebijakan moneter, untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan rupiah, tiga instrumen akan semakin kami optimalkan.
"Pertama, kebijakan suku bunga secara front loaded, preemptive, dan forward looking, secara terukur untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang sangat tinggi dan memastikan inflasi inti akan kembali ke sasaran 2–4 persen lebih awal, yaitu pada semester I/2023,” jelasnya.
5 Bauran Kebijakan BI Hadapi Risiko Reflasi 2023
1. Kebijakan Moneter
Pertama, untuk kebijakan moneter, besaran dan waktu respons kebijakan suku bunga akan bergantung pada perkembangan ekspektasi inflasi dan inflasi inti, dibandingkan dengan perkiraan awal dan sasaran yang akan dicapai.
Kemudian, kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan strategi triple intervention akan terus diupayakan untuk mengendalikan inflasi, mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Dia melanjutkan, strategi twist operation akan BI lanjutkan pada tahun depan. B akan melanjutkan penjualan SBN tenor jangka pendek dan pembelian SBN jangka panjang di pasar sekunder untuk menjaga imbal hasil SBN tetap menarik.
2. Kebijakan Makroprudensial
Kedua, kebijakan makroprudensial longgar akan tetap dilanjutkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan pada sektor-sektor prioritas dan UMKM untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
3. Sistem Pembayaran
Ketiga, pada kebijakan sistem pembayaran, BI akan mendorong akselerasi integrasi ekonomi dan keuangan digital, kerja sama sistem pembayaran antarnegara, serta pengembangan Digital Rupiah.
4. Pendalaman Pasar Uang
Keempat, BI akan mengakselerasi pendalaman pasar uang dan pasar valas untuk memperkuat efektivitas operasi dan transmisi kebijakan, pembangunan pasar uang yang modern dan berstandar internasional, serta pengembangan instrumen pembiayaan termasuk pengembangan keuangan berkelanjutan.
5. Pengembangan UMKM
Kelima, program-program pengembangan ekonomi-keuangan inklusif pada UMKM dan ekonomi keuangan syariah juga terus diperluas, termasuk dengan digitalisasi serta perluasan akses pasar domestik dan ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel