Ekspor Kabupaten Cirebon Tahun Ini Lesu, Perajin Tepuk Jidat

Bisnis.com,30 Nov 2022, 16:20 WIB
Penulis: Hakim Baihaqi
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, CIREBON - Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Cirebon mencatat nilai ekspor periode Januari-November 2022 tidak memuaskan.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, nilai ekspor di Kabupaten Cirebon hingga November 2022 ini baru US$363 juta. Sementara tahun lalu di periode yang sama menembus angka US$456 juta.

Sejumlah produk ekspor unggulan dari Kabupaten Cirebon yaitu, furnitur bambu, furnitur rotan, keranjang rotan, furnitur kayu olahan, kerajinan kerang, rotan sintetis, furnitur kayu, makaroni, dan briket arang.

Negara tujuan produk ekspor tersebut di antaranya, Korea Selatan, Australia, Spanyol, Rusia, Yordania, Taiwan, Hong Kong, Qatar, dan Inggris.

Analis Perdagangan Disperdagin Kabupaten Cirebon Suherman mengatakan penyebab menurunnya nilai ekspor dari Kabupaten Cirebon terjadi akibat adanya penurunan jumlah permintaan dari negara tujuan.

"Faktor krisis ekonomi dunia juga berpengaruh. Selain itu, konflik antara Rusia dengan Ukraina juga turut mempengaruhi. Ini benar-benar tidak memuaskan," kata Suherman di Kabupaten Cirebon, Rabu (30/11/2022).

Pengaruh lainnya, kata Suherman, terjadi akibat adanya penundaan pengiriman karena banyak buyer di luar negeri yang mengeluhkan kenaikan ongkos pengiriman.

Perajin rotan di Kabupaten Cirebon Darma mengatakan akibat minimnya jumlah permintaan, otomatis berpengaruh terhadap jumlah produksi.

Menurutnya, produksi tangan terampil para perajin di Desa Bode Lor sejak lama sudah menyasar pasar Eropa dan Amerika Serikat.

"Setelah kejadian perang Rusia-Ukraina, permintaan menurun. Apalagi sekarang ada klaim produk masyarakat di sini,” kata Darma.

Darma mengatakan, sebelum adanya penurunan produksi, setiap bulannya ia mampu mengirim dua kontainer atau 1.120 unit furnitur rotan.

Namun, sejak tiga bulan terakhir ini ia hanya mampu memproduksi sebanyak 200 unit furnitur rotan saja. "Waktu masih ramai, setiap bulan mampu mengumpulkan omzet Rp319 juta. Tetapi sekarang, tidak pernah lebih dari Rp100 juta," kata Darma.

Darma mengatakan, pelaku industri rotan di wilayah Desa Bode Lor masih mengandalkan pasar ekspor. Sementara, untuk pasar lokal masih dikuasai oleh industri furnitur jenis lainnya.

Menurut Darma, pemerintah melalui dinas terkait harus melakukan upaya untuk terkait pemasaran hasil produksi para perajin. Saat ini, para perajin skala kecil hanya mengandalkan para eksportir untuk pemasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ajijah
Terkini