Inflasi Eropa Turun Jadi 10 Persen November 2022, ECB Bakal Dovish?

Bisnis.com,30 Nov 2022, 23:00 WIB
Penulis: Asahi Asry Larasati
Seorang wanita berbelanja pada Black Friday di Madrid tengah, Spanyol, pada Jumat, (25/11/2022). Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa Isabel Schnabel mengisyaratkan mungkin terlalu dini untuk mengurangi kenaikan suku bunga dengan inflasi yang terus menimbulkan bahaya bagi Eropa. Paul Hanna/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi zona euro melambat untuk pertama kalinya dalam 18 bulan terakhir. Hal ini memberikan secercah harapan kepada Bank Sentral Eropa dalam perjuangannya mengatasi lonjakan harga terburuk dalam satu generasi.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (30/11/2022), Eurostat melaporkan inflasi zona euro mencapai 10 persen pada November 2022 (year-on-year/yoy), turun dari 10,6 persen pada bulan Oktober.

Penurunan laju inflasi didorong oleh perlambatan kenaiakn biaya energi dan jasa, bahkan ketika harga pangan tumbuh lebih cepat.

Pejabat ECB telah menyoroti data tersebut sebagai hal yang penting untuk penilaian mereka mengenai rencana kenaikan menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.

ECB kemungkinan akan mempelajari laporan tersebut pada pertemuan yang dijadwalkan pada hari Rabu, pertemuan terakhir mereka sebelum keputusan 15 Desember.

Pasar memperkirakan kemungkinan suku bunga naik 57 basis poin pada akhir tahun. Prospek pelemahan tekanan harga akan membawa kelegaan bagi ECB setelah berupaya menekan lonjakan inflasi dalam enam bulan terakhir.

Pelemahan ini bertepatan dengan statistik Amerika Serikat (AS) dari bulan Oktober yang bergerak ke arah yang sama, mendorong beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan penurunan laju kenaikan suku bunga.

Ekonom senior Bloomberg Economics Maeva menilai hal ini akan menjadi berita yang disambut baik untuk ECB dan memperkuat pandangan bahwa laju kenaikan suku bunga akan melambat pada bulan Desember menjadi 50 basis poin dari 75.

"Setiap rasa lega akan diredam oleh fakta bahwa tekanan yang mendasari tetap terlalu kuat." pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini