Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar semua sektor berhati-hati menghadapi gejolak ekonomi atau resesi global tahun depan. Meski begitu, sektor perbankan optimistis tetap terkendali.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar optimis sektor keuangan, terutama perbankan mampu menghadapi gejolak ekonomi tahun depan.
"Disampaikan oleh Presiden bahwa kita harus hati-hati atas pelemahan ekonomi dunia, termasuk sektor keuangan. Kita harapkan semuanya tetap tumbuh dengan proses antisipasi dan kewaspadaan," ujarnya saat ditemui setelah acara Pertemuan Tahunan BI 2022, Rabu (30/11/2022).
Menurutnya, masing-masing indikator perbankan memang mengalami dinamika yang berbeda-beda. Dia mengatakan secara keseluruhan, ekosistem dan kesehatan industri keuangan tetap baik dan diharapkan mampu mendongkrak perekonomian.
Berdasarkan data OJK, pertumbuhan kredit perbankan pada September 2022 tumbuh sebesar 11 persen secara tahunan (year on year/yoy) Perolehan ini didorong kredit modal kerja dan korporasi yang naik 12,26 dan 12.97 persen yoy.
Di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat di perbankan atau dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,77 persen yoy. Kenaikan ini didorong oleh simpanan giro dan tabungan yang masing-masing bertumbuh sebesar 13,52 dan 10,05 persen yoy.
Pertumbuhan DPK juga diikuti dengan likuiditas perbankan yang masih memadai. Rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) berada di level 121,62 persen dan alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) bercokol di posisi 27,35 persen.
Untuk mengantisipasi dampak ekonomi global, OJK sendiri telah memperpanjang relaksasi kredit restrukturisasi untuk mendukung segmen, sektor, industri dan daerah tertentu hingga 31 Maret 2024 mendatang.
Sebelumnya, aturan OJK menetapkan bahwa relaksasi kredit restrukturisasi berakhir pada 31 Maret 2023. Namun, pada Senin (28/11/2022) OJK resmi memperpanjang kebijakan tersebut secara bersyarat.
Direktur Utama Bank Fama International Tigor M Siahaan juga mengatakan bahwa tahun depan memang akan banyak ketidakpastian secara global, mulai dari krisis energi, pangan, kondisi geopolitik, hingga inflasi.
"Kami tetap merasa optimis, walaupun agak hati-hati. Tetap jangan takabur, hati-hati jaga pertumbuhan ini," ujarnya.
Menurutnya, sesuai dengan prediksi Bank Indonesia, tahun depan diharapkan kredit tetap tumbuh 10-12 persen.
"Namun, sektornya kami lihat mana saja. Misalnya, ekspor saat ini baik, tapi apakah terus sebaik ini tahun depan, ini dilihat dari harga minyak dan pangan, serta harga komoditas lainnya," ungkapnya.
Diketahui, Presiden Jokowi telah meminta agar semua sektor berhati-hati menghadapi gejolak ekonomi global tahun depan. Dia mengatakan, situasi ekonomi dunia pada 2023 akan ruwet.Bahkan, menurutnya, tidak ada pemimpin negara-negara kaya yang bisa memprediksi situasi tahun depan.
Jokowi mencontohkan, saat dia tanya ke negara-negara produsen minyak, mereka bingung membuat kebijakan seperti apa untuk menghadapi ancaman ekonomi 2023.
"Saya bertemu seluruh kepala negara dengan GDP [gross domestic product] terbesar di dunia, sama semuanya pusing. Oleh sebab itu kita harus hati-hati dan waspada," kata Jokowi dalam pidatonya di acara Pertemuan Tahunan BI 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel