China Kibarkan Bendera Setengah Tiang untuk Almarhum Mantan Presiden Jiang Zemin

Bisnis.com,01 Des 2022, 13:41 WIB
Penulis: Erta Darwati
Mantan Presiden China Jiang Zemin meninggal di Shanghai pada Rabu (30/11/2022)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Gedung-gedung tinggi pemerintahan di China mengibarkan bendera setengah tiang untuk memperingati kematian mantan Presiden China, Jiang Zemin sejak Rabu (30/11/2022).

Suasana berkabung atas kematian Jiang Zemin juga terlihat di situs web media pemerintah China yang berubah menjadi hitam putih. Unggahan foto hitam putih dengan bunga krisan di akun resminya di platform Weibo.

Adapun Jiang Zemin, menjabat sebagai presiden di era transformasi di akhir tahun 1980-an. Dia meninggal dunia kemarin pada Rabu (30/11/2022) pada usia ke-96 tahun, dilansir dari CNA, Kamis (1/12/2022).

Kabar kematian Jiang Zemin diumumkan oleh lembaga utama di Partai Komunis China (PKC) melalui surat yang bertuliskan kesedihan yang amat mendalam.

Jiang Zemin telah dikonfirmasi meninggal dunia karena penyakit leukemia yang dideritanya dan kegagalan banyak organ dalam.

"Jiang Zemin meninggal dunia karena leukemia dan kegagalan banyak organ, di Shanghai pada pukul 12.13 siang tanggal 30 November 2022, pada usia 96 tahun, diumumkan pada hari Rabu," kata surat itu, seperti dilansir dari Xinhua, Kamis (1/12/2022).

Kekhawatiran atas kesehatan Jiang Zemin meningkat pada saat dia tidak menghadiri upacara pembukaan atau penutupan Kongres Partai Komunis pada bulan lalu, di mana Xi diberikan masa jabatan ketiga.

PKC dalam suratnya mengatakan bahwa kematian Jiang Zemin terjadi usai semua perawatan medis yang telah dilakukan gagal menyelamatkannya.

"Jiang Zemin adalah seorang pemimpin yang luar biasa seorang Marxis yang hebat, seorang revolusioner proletar yang hebat, negarawan, ahli strategi militer dan diplomat, seorang pejuang komunis yang telah lama teruji, dan seorang pemimpin yang luar biasa dari tujuan besar sosialisme dengan karakteristik Tiongkok," tulis dalam surat itu.

Kematian Jiang Zemin terjadi saat China mengalami gejolak protes anti pembatasan (lockdown) Covid-19 yang paling besar sejak unjuk rasa pro-demokrasi 1989.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini