Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan stabil, bahkan cenderung menguat ke depan.
Dia mengatakan, hal ini sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi indonesia yang diperkirakan tetap kuat dan tahan dari dampak gejolak global pada 2023.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen pada 2023, dengan tingkat inflasi yang terjaga dan kembali pada sasaran target 3–4 persen.
“Nilai tukar rupiah akan stabil, bahkan cenderung menguat sejalan dengan fundamentalnya, demikian juga stabilitas sistem keuangan akan terjaga,” katanya, Jumat (2/5/2022).
Dalam hal ini, Perry menyampaikan bahwa kebijakan moneter BI pada 2023 akan difokuskan pada stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi.
Laju inflasi akan didorong untuk kembali ke sasaran lebih awal, sebagai bagian dari langkah mitigasi terhadap dampak rambatan gejolak global.
Pada Pertemuan Tahunan BI, Rabu (30/11/2022), respons kebijakan suku bunga juga akan dilakukan BI melalui kalibrasi secara terukur (well-calibrated), dengan perencanaan yang matang (well-planned), dan dikomunikasikan secara transparan (well-communicated).
Hal ini untuk memastikan inflasi inti kembali ke sasaran target 2–4 persen lebih awal, yaitu pada semester I/2023.
Pada hari ini, Jumat (2/11/2022), nilai tukar rupiah dibuka menguat 125 poin atau 0,80 persen ke level Rp15.437,50 per dolar Amerika Serikat (AS).
Penguatan rupiah seiring dengan indeks dolar AS yang menguat, yaitu sebesar 0,09 persen ke 104,81.
Pada Kamis (1/12/2022) pun, rupiah ditutup menguat, sebesar 169 poin atau 1,07 persen ke level Rp15.562,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat melemah 0,20 persen ke 105,74.
Perry mengatakan, kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS asih perlu diwaspadai karena masih berisiko menambah tekanan pada pasar keuangan dan pada mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel