Bisnis.com, JAKARTA — Aksi penambahan modal melalui skema rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) telah meraih komitmen dari sejumlah pemegang sahamnya
Bank Syariah Indonesia atau BSI diketahui akan menerbitkan saham baru sebanyak 4,99 miliar saham seri B dengan harga pelaksanaan Rp1.000 per saham. Dana yang dihimpun dari aksi korporasi ini akan mencapai Rp4,99 triliun.
Dalam prospektusnya, Rabu (7/12/2022), emiten berkode saham BRIS ini mengungkapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) akan menyerap saham baru yang menjadi haknya.
Bank Mandiri dengan kepemilikan saham sebesar 50,83 persen di BRIS, akan mengambil 2,54 miliar saham baru yang diterbitkan. Dengan harga pelaksanaan Rp1.000 per saham, Bank Mandiri bakal merogoh kocek tidak kurang dari Rp2,54 triliun.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang memiliki 24,85 persen saham BRIS, hanya akan menyerap sebagian saham baru yang diterbitkan.
Dari 1,24 miliar saham baru yang menjadi haknya, emiten dengan ticker BBNI ini akan menyerap 500 juta saham baru. Sementara itu, sisa saham tersebut akan dialihkan kepada PT CIMB Sekuritas Indonesia (CIMBS).
“CIMBS menyatakan akan melaksanakan seluruh HMETD hasil pengalihan sebagaimana diungkapkan pada surat pernyataan CIMBS tanggal 2 Desember 2022,” tulis prospektus BRIS.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang menguasai 17,25 persen saham di BRIS tidak disebutkan dalam prospektus rights issue BSI.
Dengan demikian, asumsi komposisi kepemilikan saham di BRIS setelah rights issue akan terdiri atas BMRI sebesar 52,2 persen, BBNI menjadi 23,87 persen, dan BBRI sebesar 15,79 persen.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung penerbitan saham baru yang akan dilaksanakan BRIS.
Menurutnya, sebagai induk usaha sekaligus pemegang saham mayoritas, Bank Mandiri akan melaksanakan haknya dengan membeli dan menyerap saham baru yang diterbitkan BSI.
“Komitmen kami sebagai induk usaha dan pemegang saham mayoritas di BSI, adalah mendukung penguatan rasio kecukupan modal BSI, agar mampu menjadi bank syariah terbesar di regional, sesuai amanat pemerintah,” ujar Rudi pada akhir September 2022.
Di sisi lain, langkah penambahan modal melalui rights issue yang ditempuh BRIS tidak terlepas dari urgensi penguatan modal pada tahun ini. upaya tersebut bertujuan memperdalam penetrasi bisnis perseroan, seiring dengan perkembang ekonomi ke depan.
Sampai dengan akhir September 2022, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BRIS berada pada level 17,19 persen. Angka ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 22,75 persen.
Pengamat ekonomi dan perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto sempat mengatakan bahwa rasio CAR yang berada pada level 17 persen memang tergolong kecil. Pasalnya, bank harus mempertebal rasio permodalan seiring dengan kondisi ekonomi saat ini.
Selain itu, Doddy menuturkan bahwa meningkatkan rasio permodalan juga akan mendorong kemampuan BRIS dalam melakukan ekspansi pembiayaan.
Selaras dengan hal tersebut, manajemen BRIS dalam prospektusnya juga menyatakan bahwa seluruh dana hasil rights issue akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan. Hal tersebut bertujuan mendukung pertumbuhan bisnis perseroan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel