Selain itu, Andy juga menjabarkan ada produk yang menghambat kinerja perusahaan. Asuransi kredit menjadi satu penyebab perusahaa menjadi tidak sehat.
Andy mengatakan sebelumnya headcount Jasindo sebesar 927, termasuk kantor cabang dan kantor perwakilan. Sampai saat ini jumlah kantor cabang dan kantor perwakilan Jasindo mengalami penurunan menjadi 30.
“Hal tersebut perlu kami lakukan karena kami akan melakukan transformasi baik itu dari segi culture termasuk juga transformasi bisnis, dari mulai model bisnis dan proses bisnis,” ujar Andy.
Adapun produk asuransi kredit sepanjang 2017–2019 mencapai Rp2,1 triliun, dengan rincian Rp700 miliar hingga Rp800 miliar per tahun.
Andy juga mengatakan bahwa produk tersebut memiliki jangka pertanggungan mencapai 25 tahun dan Jasindo tidak secara melakukan pencadangan teknis yang sesua.
“Periode yang dimiliki produk tersebut masih panjang, karena polis kami terakhir itu selesai 2044, sehingga kami harus melakukan restrukturisasi. Kami telah memberhentikan produk ini, namun disatu sisi kami juga memiliki kewajiban terhadap klaim-klaim yang sudah masuk,” ujar Andy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel