Head of Equity Ekuator Swarna Sekuritas David Setyanto mengatakan penurunan harga saham ini disebabkan oleh pasar bergerak ke arah yang lebih rasional. Sebab, saham bank digital saat ini masih overvalued.
"Akan tetapi, prospek ke depan masih baik meskipun saat ini kecenderungan investor mengurangi posisi di saham-saham yang berbasis teknologi, salah satunya bank digital," ungkap David kepada Bisnis pada Jumat (9/12/2022).
Sebelumnya, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi juga mengatakan bahwa dalam jangka panjang, saham bank digital prospektif. "Karena tesisnya bank digital ini diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian aset [return on asset/ROA] dan tingkat pengembalian modal [return on equity/ROE] lebih tinggi dari konvensional," ujarnya.
Bank digital juga mempunyai cost to income ratio yang lebih kecil. "Namun karena masih tahap awal, investasi di sektor teknologi dan talenta pasti juga besar," ungkapnya.
Ia juga mengatakan bahwa saham bank digital prospektif pada 2023. Namun, ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi bank digital.
"Tantangannya adalah bagaimana bank digital itu dapat melakukan funding dengan cara yang tepat di tengah tren kenaikan suku bunga," ungkap Tirta.
Menurutnya, saat ini proporsi struktur dana pihak ketiga (DPK) masih didominasi oleh deposito. Bank digital juga agresif menggalang dana dengan menawarkan bunga lebih tinggi. Hal tersebut membuat cost of fund lebih tinggi.
Sedangkan Retail Research Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Aji Kurniawan juga mengatakan bahwa peningkatan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif bagi bank digital. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan akan membuat bank digital sulit meningkatkan NIM dalam waktu dekat akibat risiko inflasi dan meningkatnya suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel