The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga Pekan Ini, Simak Proyeksinya

Bisnis.com,13 Des 2022, 17:52 WIB
Penulis: Asahi Asry Larasati
Logo Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral AS Federal Reserve memulai rapat kebijakan terakhirnya tahun ini untuk memutuskan kenaikan suku bunga acuan pada 13-14 Desember 2022. Keputusan ini dinantikan oleh investor dan pelaku pasar karena diperkirakan menentukan arah kebijakan The Fed tahun depan.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (13/12/2022), The Fed diproyeksikan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) ke rentang 4,25-4,5 persen.

Sementara itu, ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada puncaknya sepanjang tahun 2023, memupuskan harapan pasar yang telah diperhitungkan untuk penurunan suku bunga di paruh kedua dan meningkatkan kemungkinan resesi.

Pada tahun 2023, ekonom memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps pada dua pertemuan lanjutan tahun 2023.

Proyeksi median FOMC diperkirakan suku bunga The Fed akan mencapai 4,9 persen pada tahun 2023, atau dalam kisaran target sebesar 4,75 -5 persen pada 2023. Proyeksi ini lebih tinggi dibandinkan perkiraan sebelumnya sebesar 4,6 persen pada September.

Proyeksi hawkish ini akan menjadi kejutan bagi investor, yang saat ini memperkirakan bahwa the Fed akan memangkas suku bunga hingga 50 basis poin pada paruh kedua tahun depan.

Sementara itu, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral dapat membiarkan ekonomi mengalami tekanan lebih lanjut demi menurunkan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Berkaca pada proyeksi ini, investor profesional dan investor ritel memiliki pandangan yang berbeda dalam memposisikan diri menjelang keputusan suku suku bunga The Fed.

Survei MLIV Pulse terbaru menunjukkan bahwa 37 persen investor ritel percaya bahwa memiliki saham AS menjadi langkah terbaik menjelang keputusan suku bunga, sementara 40 persen investor profesional mengatakan lebih baik melakukan shortselling saham.

Kepala analis B. Riley Wealth Art Hogan mengatakan ada perbedaan pendapat antara investor ritel dan institusional atau profesional untuk sebagian besar tahun ini, dan posisi para profesional jauh lebih bearish.

"Investor institusional kemungkinan besar lebih banyak berbicara berdasarkan data daripada berbicara tentang kejujuran intelektual,” ungkap Hogan seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, kepala strategi investasi MAPsignals Alec Young mengatakan bahwa meskipun investor ritel mungkin mengambil langkah yang benar, kehati-hatian investor profesional cukup dibenarkan karena data inflasi akan dirilis Selasa, sehari sebelum keputusan suku bunga. Kedua data ini memicu pergerakan pasar yang besar sebelumnya.

"Ada banyak kekhawatiran dan inilah yang terjadi pada akhir pasar bearish. Orang-orang terlalu berhati-hati. Tetapi secara umum, pasar bekerja dengan sangat baik dalam 12 bulan setelah puncak inflasi," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini