Indef: Kalau China Batuk, Kita Mulai Demam

Bisnis.com,14 Des 2022, 15:29 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - China menjadi salah satu mitra dagang terbesar Indonesia sehingga gangguan yang terjadi di Negeri Panda tersebut dapat berpengaruh terhadap perdagangan Indonesia.

Sebagaimana diketahui, merebaknya pandemi Covid-19 membuat Presiden China Xi Jinping memberlakukan kebijakan Zero Covid untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. 

Kebijakan yang telah diterapkan dalam beberapa bulan terakhir tidak hanya menyebabkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut melemah, namun juga memberikan dampak terhadap global, termasuk Indonesia. 

Adapun kebijakan tersebut masih diterapkan hingga saat ini, sehingga Ekonom Senior INDEF Muhammad Nawir Messi mengatakan dunia belum bisa berharap perekonomian China dapat bangkit tahun ini atau awal tahun depan.

“Padahal kata para ekonom, kalau China batuk kita mulai demam karena elastisitas pertumbuhan China terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia itu 0,1 persen,” kata Nawir dalam acara INDEF di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

Lebih lanjut Nawir menjelaskan, jika China tumbuh 10 persen maka pertumbuhan Indonesia akan terdongkrak sebesar 1 persen atau elastisitasnya sebesar 0,01. Sebaliknya, jika ekonomi China turun 10 persen, maka ekonomi Indonesia akan susut 1 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini