Bisnis.com, JAKARTA – Melonjaknya kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) disertai dengan restu Presiden Joko Widodo untuk menggelar rights issue dengan target dana Rp4,13 triliun, termasuk penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp2,48 triliun.
Terkait dengan PMN tersebut, Presiden Joko Widodo telah meneken Peraturan Pemerintah (PP) nomor 48/2022 tentang PMN kepada BTN.
"Untuk memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha BTN dalam rangka mendukung pencapaian target pemerintah di bidang perumahan melalui penerbitan saham baru guna mempertahankan komposisi kepemilikan saham negara," tulis salah satu pertimbangan PP tersebut.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip mengatakan rights issue penting bagi BTN untuk memperkuat permodalan. Hal itu demi meningkatkan komposisi sumber dana murah BTN bagi penyediaan KPR yang terjangkau, terutama yang bersubsidi.
Menurutnya, rasio kecukupan modal (CAR) BTN saat ini yang berada pada level 13 persen membatasi ruang gerak BTN terutama dalam memperkuat bisnis KPR komersial agar seimbang dengan KPR bersubsidi.
Sunarsip menilai usai rights issue CAR tier BTN akan naik ke posisi 19 persen sampai 20 persen. “BTN setidaknya membutuhkan CAR tier-1 sebesar 18 persen sampai 20 persen. Dengan CAR tier-1 sebesar maka gerak BTN menjadi lebih leluasa dalam mengatur dan menyimbangkan antara upaya BTN memenuhi target perumahan KPR bersubsidi dengan pengembangan KPR Komersialnya,” ujarnya.
Sunarsip juga menyoroti bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi BTN untuk melakukan rights issue. Hal ini didorong oleh sejumlah data yang menunjukan dana asing kembali masuk ke Indonesia.
“Jadi, ini adalah peluang bagi right issue BTN untuk menangkap dana-dana asing yang masuk tersebut. Dan kalau dana asing yang masuk tersebut dapat diserap lebih lama melalui instrumen pasar modal, ini akan jadi amunisi untuk memperkuat devisa nasional dan sekaligus dapat menjadi sinyal untuk mengarah pada penguatan nilai tukar Rupiah,” ujarnya dalam riset, Rabu (14/12/2022).
Sunarsip pun meyakini bahwa sektor properti yang menjadi bisnis utama BTN, masih akan tumbuh positif di 2023. Hal ini ditopang oleh berbagai indikator makro ekonomi dan indeks bisnis serta manufaktur memperlihatkan kinerjanya yang cukup solid. ‘
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BTN (BBTN) membukukan laba bersih senilai Rp2,79 triliun pada November 2022. Jumlah ini meningkat 41,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan per November 2022, dikutip Rabu (14/12/2022), raihan laba bersih perseroan ditopang oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang menanjak 29 persen secara tahunan menjadi Rp13,84 triliun.
Hasil tersebut diperoleh berkat pendapatan bunga yang naik 4 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp23,33 triliun, diikuti dengan penyusutan beban bunga sebesar 19 persen yoy ke Rp9,48 triliun.
Adapun, pendapatan bunga ditopang oleh peningkatan kredit dan pembiayaan syariah sebesar 8,09 persen yoy menjadi Rp259,58 triliun.
Struktur biaya dana dari emiten bersandi saham BBTN ini juga meningkat, tecermin dari pertumbuhan dana murah (current account saving account/CASA) sebesar 25,9 persen yoy menuju angka Rp153,74 triliun per akhir November 2022.
CASA BBTN didominasi produk giro yang tembus Rp115,49 triliun, atau naik 57,4 persen yoy. Di sisi lain, deposito yang tergolong dana mahal turun 5,36 persen menjadi Rp168,1 triliun dibandingkan sebelumnya yang tercatat Rp177,6 triliun.
Secara keseluruhan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Bank spesialis pembiayaan perumahan ini meningkat 7,38 persen secara tahunan menjadi Rp321,83 triliun.
Pencapaian BBTN hingga akhir November 2022 juga sudah mendekati angka consensus laba sepanjang tahun 2022, yang diperkirakan tembus Rp2,89 triliun. Sementara itu, manajemen perseroan yakin laba hingga akhir tahun ini dapat mencapai Rp3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel