BIBC 2023: Kepala BKF Pastikan APBN Tetap Jadi Shock Absorber

Bisnis.com,15 Des 2022, 17:31 WIB
Penulis: Asahi Asry Larasati
Layar menampilkan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu (bawah) dan Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara saat memberikan pemaparan dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2023 bertema Momentum Konsolidasi Ekonomi dan Politik di Jakarta, Kamis (15/12/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah tetap menjadikan APBN 2023 sebagai penahan gejolak atau shock absorber di tengah tingginya ketidakpastian perekonomian global yang bisa terjadi tahun depan.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah tetap waspada, meskipun kondisi perekonomian Indonesia saat ini relatif baik. Menurutnya, pemerintah senantiasa mempertahankan kebijakan fiskal yang prudent dan menjaga keberlangsungan fiscal sustainability.

"Kedepannya kebijakan fiskal [APBN] akan tetap berfungsi sebagai shock absorber dan menjadi instrumen terpenting dalam mendukung reformasi struktural yang sangat krusial untuk menyiapkan fondasi bagi pembangunan jangka panjang," ujar Febrio dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2023 yang digelar secara daring, Kamis (15/12/2022).

Dia menturkan pemerintah akan berusaha terus memperkuat pemulihan ekonomi dan menjaga stabilitas di tengah tantangan yang sedang dihadapi oleh ekonomi global.

Berdasarkan proyeksi, Febrio mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diproyeksikan masih cukup kuat.

Meskipun, dia menila mungkin agak berat untuk setinggi asumsi yang telat ditetapkan pada APBN 2023 sebesar 5,3 persen.

"Namun, kita perkirakan masih akan berada di sekitar 5 persen. Hal ini sudah juga sesuai dengan proyeksi terakhir dari banyak lembaga internasional," ungkapnya.

Dia pun mengungkapkan latar belakang atau penyebab ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran 5 persen pada 2023.

Menurutnya, ekonomi Indonesia memiliki exposure yang relatif terbatas memang terhadap perekonomian global. Hal tersebut diperkuat dengan pertumbuhan ekonomi domestik, di mana yang cukup besar khususnya konsumsi masyarakat.

"[Pertumbuhan ekonomi] terakhir 5,7 persen di kuartal ketiga dan ini didukung oleh permintaan domestik yang kuat yang tumbuh 5,4 persen. Sejauh ini investasi juga tumbuh 5 persen," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini