Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mencatatkan perusahaan pembiayaan hingga September 2022 mencapai kinerja yang positif dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pencapaian ini didukung oleh berbagai kebijakan yang diberikan oleh Otortias Jasa Keuangan (OJK).
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno mengatakan, hingga September 2022 perusahaan pembiayaan telah mencatatkan Non Performing Financing (NPF) Gross berada di 2,58 persen. Kemudian Non Performing Financing Netto mencapai 0,7 persen.
“Pencapaian tersebut bisa diartikan bahwa para debitur yang ada di perusahaan pembiayaan saat ini menunjukan kualitas yang sangat baik, sehingga baik NPF Gross maupun NPF Netto mencatatkan kinerja positif,” ujar Suwando dalam webinar Bisnis Indonesia Business Challange 2022, Kamis (15/12/2022).
Suwandi menyampaikan capaian tersebut bisa didapatkan karena perusahaan-perusahaan pembiayan tersebut telah menjadi anggota Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) sejak April 2019 yang dikelola oleh OJK.Para debitur yang akan meminjam di perusahaan pembiayaan akan dilakukan pengecekan terlebih dahulu melalui SLIK. Dengan riwayat karakter debitur itu maka perusahaan memiliki data yang kuat mengenai payment behavior.
Lebih lanjut, gearing ratio yang dimiliki perusahaan pembiayaan hingga September 2022 juga tercatat positif di mana mencapai angka 2 kali. Artinya ini memiliki pertumbuhan yang masih sangat luas, karena gearing ratio peraturannya adalah maksimum 10 kali.
“Return on Assets (ROA) perusahaan pembiayaan juga tercatat bagus. Kemudian Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) hingga September 2022 juga tercatat baik di kisaran 76 persen. Hal ini menunjukan bahwa kualitas nya baik dan pengelolaan operasional nya pun dilakukan dengan baik,” ujar Suwandi.
Sejalan dengan kinerja yang positif, Suwandi menyampaikan bahwa industri pembiayaan Indonesia juga memiliki pertumbuhan yang baik meskipun dilanda berbagai kondisi ekonomi yang tidak menentu. Pertumbuhan ini didukung oleh kebutuhan masyarakat terhadap pembiayaan yang masih terus ada.
Hingga Oktober 2022, industri pembiayaan secara piutaang year on year mencatatkan pertumbuhan sekitar 12,2 persen.
“Kami sampai saat ini bisa bertumbuh dengan baik dengan cara melakukan perubahan pola kerja. Pertumbuhan ini terlihat dari 25 juta debitur kami yang ada, kurang lebih 7-8 juta debitur sifatnya kami memberikan modal kerja, modal usaha atau apapun juga kepada pelaku UMKM, tidak hanya fokus di pembiayaan konsumtif saja,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel