Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia atau BI menilai bahwa tingkat inflasi akan menurun ke kisaran 3 persen pada akhir 2023, seiring mulai meredanya pengetatan kebijakan moneter The Fed. BI juga berjanji tak akan menaikkan suku bunga acuan secara berlebihan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa kenaikan inflasi tidak akan terus terjadi karena adanya berbagai upaya penanganan di dalam negeri. The Fed pun tidak akan seterusnya menjaga inflasi di tingkat tinggi, sehingga dia meyakini imbas terhadap Indonesia akan mereda secara perlahan.
Dia memperkirakan bahwa inflasi inti akan mengalami penurunan lebih cepat, yakni di bawah 3 persen pada semester I/2023. Inflasi secara keseluruhan akan menyusul penurunan itu, sehingga angka inflasi secara tahunan bisa berada di kisaran 3 persen.
"Akhir tahun depan inflasi kami perkirakan adalah di sekitar 3 persen, Indeks Harga Konsumen [IHK] ya. Kalau inflasi inti sudah di bawah 3 persen pada semester I/2023, tetapi kalau IHK karena dampak based, akhir tahun depan sekitar 3 persen," ujar Perry dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2023, Rabu (21/12/2022).
Perry menilai bahwa adanya pemberian subsidi atau kebijakan fiskal membuat tekanan inflasi dapat lebih terjaga. Hal tersebut mengimbangi tekanan eksternal ketika suku bunga di Amerika Serikat masih terjaga tinggi.
"Kami tidak perlu menaikkan suku bunga berlebihan, agresif seperti Amerika Serikat atau negara lain. Kami secara terukur, pastikan inflasi inti kembali di bawah 4 persen pada semester I/2023. As early as possible," katanya.
Inflasi Indonesia tercatat berada di 5,42 persen pada November 2022. Kondisinya mulai mereda setelah terjadi rally kenaikan inflasi, hingga mencapai puncak di 5,95 persen pada September 2022.
Catatan sepanjang tahun berjalan sudah melebihi perkiraan pemerintah, dengan target untuk menjaga inflasi di 3±1 persen atau rentang 3—4 persen. Prospek penurunan inflasi tahun depan tentu menjadi sinyal positif bagi perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel