Dirut Indonesia Re Update RBC Perusahaan Setelah Fitch Sebut Terjadi Penurunan

Bisnis.com,22 Des 2022, 09:57 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Petugas memberikan penjelasan kepada pengunjung di stan PT Reasuransi Indonesia Utama./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja kesehatan PT PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re berupa rasio pencapaian solvabilitas atau risk-based capital (RBC) tengah disorot lembaga pemeringkat Fitch.

Pasalnya, Fitch menyampaikan bahwa rasio RBC Indonesia Re mengalami penurunan ke level 128 persen pada akhir September 2022 (unaudited). Rasio itu turun dari 145 persen pada akhir 2021 (audited).

Fitch menilai penurunan ini mencerminkan penambahan cadangan dan kerugian bersih. Di samping itu, turunnya rasio RBC yang dimiliki Indonesia Re juga hanya berada sedikit di atas ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dengan angka minimal 120 persen.

Fitch mengharapkan rasio untuk turun di bawah persyaratan minimum karena Fitch percaya bahwa Indonesia Re kemungkinan akan melakukan tambahan pencadangan lebih jauh,” demikian laporan Fitch, dikutip pada Kamis (22/12/2022).

Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu menyampaikan bahwa pada posisi 30 September 2022, Indonesia Re mencatatkan RBC sebesar 128,24 persen dengan keuntungan sebesar Rp32,95 miliar.

Namun, jika merujuk pada laporan keuangan kuartal III/2021, kondisi RBC Indonesia Re mengalami penurunan sebesar 75,16 persen. Pasalnya, pada periode itu perusahaan reasuransi pelat merah itu mampu mencatatkan RBC sebesar 203,40 persen secara konsolidasi.

Adapun sampai dengan posisi 30 November 2022, Benny menyatakan bahwa rasio RBC meningkat menjadi sebesar 132,29 persen dengan keuntungan Indonesia mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp52,68 miliar.

Benny menjelaskan bahwa hasil kinerja rasio RBC perusahaan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah portofolio bisnis reasuransi jiwa yang sangat terdampak oleh lonjakan klaim varian Delta Covid-19 di kuartal IV/2021, yang berasal dari produk-produk health insurance dan asuransi jiwa kredit. Imbasnya, bisnis reasuransi jiwa masih terdampak pada kuartal I/2022.

“Pada kuartal I/2022, reasuransi jiwa masih terdampak oleh klaim Covid-19 yang terjadi di 2021, namun pelaporan klaimnya di 2022 [claim delay] dan klaim Covid-19 di 2022 yang mayoritas berasal dari produk asuransi kesehatan,” jelas Benny kepada Bisnis, Kamis (22/12/2022).

Meski demikian, Benny menuturkan bahwa sampai dengan Oktober 2022, total klaim Covid-19 telah menunjukan penurunan dibandingkan dengan posisi 2021. Sebagai perbandingan, total klaim Covid-19 sampai dengan Oktober 2022 sebesar Rp90 miliar, sedangkan total klaim Covid-19 sebesar Rp325 miliar pada periode 2021.

Dampak Covid-19 juga turut mempengaruhi kinerja underwriting sektor reasuransi umum. Secara tidak langsung, pada lini bisnis casualty khususnya financial lines yang mencakup suretyship dan credit insurance membukukan nilai klaim kurang lebih Rp200 miliar,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini