Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebutkan bahwa likuiditas akan menjadi tantangan perbankan pada tahun depan di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi.
Sejak awal 2022 hingga Agustus 2022, loan to deposit ratio (LDR) bank mengalami kenaikan secara bertahap. Pada Desember 2021, LDR bank berada pada posisi 77,13 persen dan merangkak naik hingga mencapai 81,43 persen pada Juli 2022.
Berdasarkan Laporan Likuiditas Bulanan yang dirilis LPS, LDR per Oktober 2022 mulai turun terbatas ke level 79,90 persen. Kendati demikian likuiditas perbankan tetap ample dengan rasio alat likuid (AL) terhadap noncore deposit (NCD) di level 130,16 persen dan AL terhadap dana pihak ketiga (DPK) sebesar 29,46 persen.
Meski begitu, LPS menyebut bahwa likuiditas perbankan akan menjadi tantangan tahun depan. Sebab, pertumbuhan kredit diperkirakan masih meningkat secara bertahap sejalan pemulihan aktivitas bisnis masyarakat, sementara DPK masih akan tumbuh dengan laju lebih lambat.
"Berlanjutnya peningkatan permintaan kredit akan menjadi tantangan bagi bank dalam mengelola likuiditasnya sekaligus tetap menjaga pertumbuhan kredit yang sehat," tulis LPS dikutip pada Senin (26/12/2022).
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 21–22 Desember 2022 telah menaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Besaran peningkatan itu juga terjadi pada suku bunga deposit facility yang menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 6,25 persen.
Kenaikan suku bunga acuan itu menjadi yang kelima kalinya dilakukan Bank Indonesia sejak Agustus 2022.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan akan membuat likuiditas bank semakin ketat. "Kondisi ini terutama akan dirasakan oleh bank-bank kecil yang selama ini sudah mengalami likuiditas ketat," ujar Piter kepada Bisnis pada Senin (26/12/2022).
Menurutnya, dalam kondisi likuiditas yang ketat, bank akan menaikkan suku bunga simpanan untuk menarik DPK.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah mengatakan bahwa suku bunga acuan BI memang menjadi satu faktor yang kerap kali memengaruhi likuiditas perbankan.
Menurutnya, tren suku bunga ini terutama akan lebih berdampak pada nasabah institusi. Sementara, untuk nasabah ritel, tidak terlalu memberi dampak kepada likuiditas.
Nasabah ritel, lanjut Efdinal, lebih memerhatikan faktor layanan seperti kecepatan transaksi dan kenyamanan. "Faktor produk juga menjadi hal yang harus diperhatikan," ungkapnya.
Likuiditas Bank Oke sendiri per September 2022 terbilang ketat dengan posisi LDR mencapai 127,65 persen. Pada periode yang sama tahun lalu LDR bank sebesar 128,85 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel