Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) soroti kinerja likuiditas perbankan pada tahun depan di tengah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, ekonom memproyeksi bank kecil akan hadapi sejumlah ancaman baru.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menjelaskan, ancaman likuiditas dapat menimbulkan sejumlah dilematika pada lembaga keuangan hingga dapat menimbulkan potensi ancaman baru yang perlu diperhatikan oleh sejumlah bank kecil.
"Ancaman likuiditas poinnya kemudian adalah kalau bank harus menaikkan dana pihak ketiga, maka dengan kata lain bank juga harus menaikkan tingkat suku bunga sekaligus menjaga tingkat suku bunganya supaya DPK-nya menarik. Jadi kalau ditanya soal likuiditas, permasalahannya sekarang mungkin saja akan terjadi krisis untuk bank kecil karena mereka akan kesulitan bersaing dengan bank bank yang mampu berikan DPK dengan bunga yang lebih besar tentunya," jelas Amin kepada Bisnis, Senin (26/12/2022).
Menanggapi hal tersebut, PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) optimis likuiditas perseroannya pada tahun depan dapat tetap terjaga.
Corporate Secretary Bank Ganesha Febrina Kenya Savitri menjelaskan, optimisme tersebut dipacu oleh faktor agresivitas tren kenaikan suku bunga perbankan yang diproyeksi melandai.
"Kami melihat bahwa agresivitas kenaikan suku bunga acuan sudah berkurang, dan kami optimis bahwa likuiditas bank di tahun depan masih aman," jelas Febrina kepada Bisnis, Senin (26/12/2022).
Febrina menambahkan bahwa Bank Ganesha dipastikan tidak akan menaikkan suku bunga simpanan secara agresif karena dikhawatirkan dapat berdampak pada kenaikan suku bunga pinjaman.
Mengenai strategi yang akan diambil ke depannya, BGTG dilaporkan akan tetap menjaga peluang ekspansi kredit apabila suku bunga kredit tercatat stabil dan terjaga.
"Tentu saja kami tetap menjaga likuiditas bank agar tidak melampaui threshold yang sudah kami tentukan, dan selama dalam kondisi itu [likuiditas aman] maka kami mengikuti kenaikan suku bunga di market secara berhati hati dan selektif," tambahnya.
Untuk diketahui, pada kuartal III/2022 posisi dana pihak ketiga (DPK) Bank Ganesha tercatat tumbuh 4,31 persen menjadi Rp6,73 triliun yang ditopang oleh pertumbuhan deposito sebesar 38,83 persen (year-on-year/yoy) dari Rp2.16 triliun pada September 2021 menjadi Rp3 triliun pada September 2022.
Rasio likuiditas BGTG pada kuartal III/2022 juga tercatat naik 487 basis poin menjadi 40,91 persen dari 36,04 persen. Kendati alami kenaikan, likuiditas Bank Ganesha masih sangat longgar.
Selain itu, BGTG juga terpantau berhasil menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) menjadi 4,69 persen pada September 2022 dari 6,33 persen pada September 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel