Allo Bank (BBHI) Bersiap Kerek Suku Bunga Deposito Tahun 2023

Bisnis.com,27 Des 2022, 18:45 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Nasabah melakukan transaksi melalui aplikasi Allo Bank di Jakarta, Selasa (4/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menghadapi tantangan likuiditas yang diperkirakan semakin ketat pada 2023, seperti menyesuaikan suku bunga deposito dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Mengutip laporan publikasi perusahaan, per September 2022 loan to deposit ratio (LDR) bank digital besutan Chairul Tanjung ini pada posisi 175,55 persen, naik dari 93,43 persen per September 2021.

Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan tantangan likuiditas pada tahun depan memang diwaspadai lebih ketat akibat tren kenaikan tingkat suku bunga yang diperkirakan terus berlanjut.

Diketahui Rapat Dewan Gubernur BI pada 21–22 Desember 2022 telah menaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Besaran peningkatan itu juga terjadi pada suku bunga deposit facility yang menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 6,25 persen.

Di tengah tren kenaikan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), Indra menyatakan bahwa Allo Bank berkomitmen menyesuaikan pricing atau kebijakan bunga untuk dapat merespons kenaikan tingkat suku bunga acuan.

“Kepuasaan pelanggan menjadi tujuan utama Allo Bank, sehingga dari segi pendanaan dan kebutuhan transaksional dapat menjaga dan meningkatkan likuiditas Allo Bank dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depannya,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (27/12/2022).

Indra menambahkan perseroan telah mencapai pertumbuhan secara signifikan hingga November lalu, baik dari segi aset maupun nasabah.

“Sejak peluncuran Allo Bank di Allo Festival Mei 2022, jumlah pengguna Allo Bank sudah melebihi 4 juta dan diperkirakan akan menjadi 5 juta di akhir tahun 2022,” tuturnya.

Hingga kuartal III/2022, emiten bersandi saham BBHI ini telah membukukan laba bersih sebesar Rp209,02 miliar atau melesat 812 persen secara year-on-year (yoy). Saat bersamaan, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) naik 659 persen yoy menuju angka Rp406,08 miliar.

Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan bahwa likuiditas akan menjadi tantangan bagi industri perbankan pada 2023 di tengah tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Sejak awal 2022 hingga Agustus lalu, LDR bank tercatat mengalami kenaikan secara bertahap. Desember tahun lalu, misalnya, LDR bank berada di level 77,13 persen. Angka itu kemudian merangkak naik hingga mencapai 81,43 persen per Juli.

Namun, memasuki bulan Oktober, LDR mulai turun terbatas ke level 79,90 persen. BI menetapkan posisi ideal LDR berada pada level 78–92 persen. Jika terlalu rendah, bank tidak efisien karena uang DPK nganggur, sementara apabila terlalu tinggi maka likuiditas bank ketat

Meski realisasi LDR per Oktober lalu masih dalam batas ideal, tetapi LPS menilai likuiditas akan menjadi tantangan pada tahun. Kredit diproyeksikan terus meningkat sejalan dengan aktivitas bisnis masyarakat, sementara DPK masih tumbuh dengan laju lebih lambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini