Siasat Bank Digital AGRO dan BBHI Hadapi Tantangan Likuiditas 2023

Bisnis.com,30 Des 2022, 23:15 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Nasabah melakukan transaksi di PT Bank Raya Indonesia Tbk., Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan bahwa likuiditas akan menjadi tantangan bagi industri perbankan pada 2023. Dua bank digital yakni PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) pun berancang-ancang menyiapkan strategi mengelola likuiditas itu tahun depan.

Berdasarkan data LPS, sejak awal 2022 hingga Agustus lalu, LDR bank tercatat mengalami kenaikan secara bertahap. Desember tahun lalu, misalnya, LDR bank berada di level 77,13 persen. Angka itu kemudian merangkak naik hingga mencapai 81,43 persen per Juli.

Namun, memasuki bulan Oktober, LDR mulai turun terbatas ke level 79,90 persen. Bank Indonesia (BI) menetapkan posisi ideal LDR berada pada level 78 – 92 persen. Jika terlalu rendah, bank tidak efisien karena uang DPK nganggur, sementara apabila terlalu tinggi maka likuiditas bank ketat.

Meski realisasi LDR per Oktober lalu masih dalam batas ideal, tetapi LPS menilai likuiditas akan menjadi tantangan pada tahun depan. Sebab, perbankan akan berpacu menjaga likuiditasnya di tengah tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Diketahui Rapat Dewan Gubernur BI pada 21–22 Desember 2022 telah menaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Besaran peningkatan itu juga terjadi pada suku bunga deposit facility yang menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 6,25 persen.

Kenaikan suku bunga acuan itu menjadi yang kelima kalinya ditetapkan BI sejak Agustus 2022 secara beruntun hingga bulan ini.

Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Putri Hapsari mengatakan bahwa pada tahun depan perseroan akan terus mengupayakan menjaga rasio likuiditas sesuai dengan ketentuan regulator. "Penyesuaian suku bunga dilakukan secara selektif seiring dengan perubahan suku bunga acuan oleh regulator serta kebutuhan likuiditas bank," katanya kepada Bisnis, Jumat (30/12/2022).

Bank Raya sendiri mencatatkan peningkatan LDR dari 84,93 persen per September 2021 menjadi 87.01 persen per September 2022. Artinya likuiditas perseroan semakin ketat.

Sementara, Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan bahwa tantangan likuiditas pada tahun depan mesti diwaspadai akibat tren kenaikan tingkat suku bunga yang diperkirakan terus berlanjut.

Indra menyatakan bahwa Allo Bank berkomitmen menyesuaikan pricing atau kebijakan bunga untuk dapat merespons kenaikan tingkat suku bunga acuan.

“Kepuasaan pelanggan menjadi tujuan utama Allo Bank, sehingga dari segi pendanaan dan kebutuhan transaksional dapat menjaga dan meningkatkan likuiditas Allo Bank dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depannya,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (27/12/2022).

Allo Bank sendiri mencatatkan peningkatan LDR dari 93,43 persen per kuartal III/2021 menjadi 175,55 persen per kuartal III/2022. Artinya, likuiditas perseroan semakin ketat.

Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa LDR tinggi di bank digital disebabkan karena ekspansi kredit yang besar dan tidak diimbangi dengan kenaikan dana pihak ketiga (DPK).

Sedangkan, tingginya LDR di tengah suku bunga acuan BI yang terus meningkat membuat bank digital mesti berhati-hati. “Risikonya besar untuk beberapa masalah, misalnya rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) menjadi tinggi jika tidak hati-hati,” ujarnya.

Selain itu, bank akan butuh banyak dana untuk membiayai kredit yang tumbuh tinggi. “Jadi, meski baik untuk pendapatan bunga, laba, dan return on asset (ROA) yang tinggi, tapi likuiditas mesti dikelola dengan baik. Kredit bisa direm sedikit,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini