Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang 1 Januari hingga 30 Desember 2022, empat emiten bank dengan kapitalisasi pasar jumbo membukukan peningkatan harga saham hingga digit ganda.
Empat emiten bank dengan market cap jumbo tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
Dari keempat bank itu, BMRI mencatatkan pertumbuhan tertinggi berdasarkan data RTI Business yang dikutip pada Sabtu (31/12/2022).
BMRI membukukan kenaikan harga saham sebesar 41,28 persen sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd) menuju level Rp9.925. Pada perdagangan kemarin, Jumat (30/12), volume saham BMRI yang diperdagangkan mencapai 20,6 juta dengan nilai Rp205,3 miliar.
Setelah Bank Mandiri, bank pelat merah lainnya yakni BBNI menjadi bank dengan pertumbuhan tertinggi kedua secara ytd. Perseroan mencatatkan harga saham naik 36,67 persen menuju angka Rp9.225 per unit saham.
Sekretaris Perusahaan BNI Okki Rushartomo mengatakan bahwa perseroan akan terus melanjutkan transformasi yang sudah berjalan dengan fokus pada aspek human capital dan kapabilitas jaringan distribusi.
“Dalam jangka panjang, upaya transformasi ini diarahkan untuk membawa BNI menjadi bank dengan profitabilitas yang tinggi di industri serta layak untuk menjadi pilihan utama investor untuk berinvestasi,” ujarnya.
Tercatat sampai dengan 29 Desember 2022, BBNI masih menjadi salah satu saham buruan investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai beli asing bersih (net foreign buy) mencapai Rp7,6 triliun atau setara dengan 4,4 persen dari nilai kapitalisasi pasar BNI.
Pada posisi berikutnya ada BBRI yang membukukan kenaikan harga saham sebesar 20,19 persen sepanjang tahun berjalan. Adapun BBCA meraih pertumbuhan harga mencapai 17,12 persen ytd.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan saham-saham perbankan menjadi salah satu yang mendorong IHSG di tahun ini, terutama saham perbankan big four.
“Fundamental untuk saham perbankan terutama saham big four perbankan sangat kuat dan kondisi kenaikan suku bunga ini sangat kondusif terhadap sektor perbankan yang bisa memetik manfaat kenaikan margin bunga bersih,” pungkasnya.
Arjun juga memproyeksi kinerja perbankan pada tahun depan akan terdongkrak seiring dengan sentimen kenaikan suku bunga yang relatif masih tinggi.
Bank Indonesia memang telah menaikan suku bunga acuannya secara berturut-turut sejak Agustus 2022 hingga November 2022. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16 – 17 November 2022, suku bunga acuan BI menjadi 5,25 persen.
“Dalam kondisi pasar saat ini yang sedang mengalami tren kenaikan suku bunga secara signifikan, justru bisa memberikan katalis positif terhadap emiten perbankan dengan modal solid sehingga dapat menerima manfaat kenaikan net interest margin,” kata Arjun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel