Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) menjanjikan mampu membukukan laba hingga akhir 2023.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan pihaknya menyiapkan sejumlah strategi, seperti menggenjot akuisisi nasabah hingga mengandalkan pendapatan berbasis komisi atau fee based income agar cuan pada 2023.
"Agar laba positif pada tahun ini kami meningkatkan tingkat keaktifan nasabah dan membangun lebih lanjut aktivitas akuisisi nasabah baru baik individu, UMKM dan komersial," katanya kepada Bisnis pada Selasa (3/1/2023).
Strategi lainnya, perseroan akan melanjutkan kolaborasi dengan berbagai mitra daring dan luring dalam pengembangan usaha penyaluran kredit. Sedangkan pengembangan fee based income mencakup pengembangan produk-produk wealth management, fasilitas cash management, dan fitur-fitur pembayaran lainnya. "Upaya ini untuk meningkatkan transaksi jasa-jasa dan layanan digital perbankan, termasuk meningkatkan jaringan partnership," ungkap Tjandra.
Fee based income memang diandalkan perbankan dalam memperoleh alternatif pendapatan terutama di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang terus naik. BI telah meningkatkan suku bunga acuannya secara beruntun sejak Agustus 2022 hingga Desember 2022. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21–22 Desember 2022 telah menaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50 persen.
Selain itu, Bank Neo Commerce mengandalkan sokongan modal hasil dari rights issue. Perseroan telah menjalankan aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau right issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,61 miliar saham. Raihan dana ini akan digunakan Bank Neo Commerce untuk mendukung rencana ekspansi kredit.
Sebagaimana diketahui, Bank Neo Commerce memang tercatat masih membukukan rugi bersih sebesar Rp601,2 miliar sampai dengan kuartal III/2022. Meski demikian, perseroan mampu membukukan peningkatan aset sebesar 98 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp15,9 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) BBYB juga naik 90 persen yoy menjadi Rp12,6 triliun. Kredit perseroan tumbuh 131,77 persen yoy menjadi Rp8,9 triliun sehingga mendorong pendapatan bunga bersih menjadi Rp1.089 triliun atau naik 350,78 persen yoy.
BBYB juga mencatatkan jeblokny kinerja saham di pasar sepanjang 2022. Saham BBYB anjlok 70,68 persen sejak awal 2022 hingga perdagangan di Bursa Efek Indonesia tutup tahun pada pekan lalu (30/12/2022).
BBYB mencatatkan harga saham tertinggi di level Rp2.152 pada Januari 2022. Kemudian, harga terendah BBYB di level Rp625 pada Desember 2022.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa jebloknya kinerja saham bank digital seperti BBYB sepanjang 2022 karena harganya yang terlalu mahal atau overvalued. Selain itu, bank digital juga belum menunjukkan kinerja yang meyakinkan. Sebab, sebagian bank digital masih mencatatkan kerugian seperti BBYB.
Ia mengatakan, proyeksi untuk tahun depan juga kurang positif selama emiten bank digital masih lumayan overvalued. Apalagi, bank digital dihadapkan pada masalah tren suku bunga acuan BI yang tinggi.
"Kalau suku bunga naik lagi, menurut saya ini menjadi tantangan untuk bank digital karena mereka juga perlu menaikan suku bunga deposito agar bisa bersaing dengan bank konvensional," ujarnya beberapa waktu lalu.
Sementara, dengan naiknya suku bunga deposito, bank digital harus meningkatkan beban pembayaran bunga.
Ditambah, bank digital mesti menghadapi persaingan karena pertumbuhan jumlah bank digital baru diperkirakan masih terus berlanjut hingga tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel