RBC Nasional di Atas 120 Persen, Pertanda Perusahaan Asuransi di Indonesia Sehat?

Bisnis.com,05 Jan 2023, 09:35 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Ilustasi asuransi kesehatan.

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa kondisi permodalan di sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) masih terjaga dengan baik. Hal itu tercermin dari risk-based capital (RBC) industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 479,88 persen dan 324,34 persen atau berada di atas threshold sebesar 120 persen pada November 2022.

Meski masih terjaga dengan baik, OJK mengungkapkan bahwa RBC berada dalam tren yang menurun, di mana OJK memantau beberapa perusahaan asuransi secara ketat.

Pengamat Asuransi & Dosen Program MM-FEB UGM Kapler Marpaung melihat bahwa kondisi RBC perusahaan asuransi pasca Covid-19 cenderung terus mengalami penurunan, meski secara agregat nasional masih di atas batas minimum 120 persen. Namun demikian, Kapler menuturkan RBC yang secara agregat itu tidak serta-merta menandakan kondisi keuangan perusahaan asuransi di Indonesia berada di taraf sehat.

“Banyak sekarang tingkat RBC asuransi sudah di bawah 120 persen, bahkan ada beberapa yang minus,” kata Kapler kepada Bisnis, Rabu (4/1/2023).

Secara umum, kata Kapler, apabila tingkat RBC suatu perusahaan asuransi berada di atas 120 persen atau jauh di atas rata-rata nasional, maka dapat dikatakan asuransi tersebut sehat secara finansial. Artinya, Kapler menjelaskan kekayaan yang diperkenankan (admitted assets) jauh di atas kewajiban yang diperkenankan (admitted liabilities).

“Kalau RBC suatu perusahaan baik, itu salah satu indikator bahwa perusahaan tersebut sehat dan tentu akan mampu membayar kewajibannya. Artinya, kecil kemungkinan akan mengalami gagal bayar,” sambungnya.

Sementara itu, apabila perusahaan asuransi memiliki RBC jauh di atas batas tingkat minimum hingga mencapai ribuan persen, maka berdasarkan kesehatan keuangan merupakan hal yang bagus. Pasalnya, Kapler menerangkan hal itu menandakan aset yang dimiliki jauh di atas kewajiban atau utang. Dengan kata lain, nasabah asuransi tersebut aman dari sisi kesehatan keuangan.

“Tapi apakah perusahaan asuransi yang tingkat RBC-nya tinggi pasti sangat baik secara operasional? Tentu ini masalah lain lagi,” ungkapnya.

Kapler menjelaskan bahwa kegiatan operasional bisa saja kurang optimal apabila perusahaan asuransi tidak atau kurang memanfaatkan modalnya untuk menerima risiko RBC yang tinggi. “Artinya, modalnya tidak terpakai, kecuali hanya diinvestasikan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini