Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk. atau Bank Sumut optimistis akan masuk ke dalam KBMI 2 dalam waktu dekat usai menggelar IPO.
Untuk diketahui, berdasarkan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) KBMI 2 merupakan bank dengan modal inti Rp6 hingga Rp14 triliun.
Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi Bank Sumut, Arieta Aryanti P.L. menuturkan bahwa langkah tersebut akan terwujud sejalan dengan penyelenggaraan aksi korporasi penawaran umum perdana atau IPO perseroan yang rencanannya akan digelar pada awal februari 2023 mendatang.
"Dengan langkah IPO ini kita tidak lama lagi [mungkin] dalam 1 hingga 2 tahun ke depan kita bisa naik kelas ke kbmi 2 yang akan jadi milestone berikutnya sehingga potensi bank sumut mengembangkan bisnis makin besar," pungkas Arieta dalam agenda public expose penawaran umum perdana saham Bank Sumut, Senin (9/1/2023).
Hal tersebut juga ditargetkan seiring dengan posisi modal inti Bank Sumut yang dilaporkan sudah berada di atas ketentuan modal inti minimum sebagaimana ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Teman-teman harus ingat bahwa posisi bank sumut untuk ipo bukan untuk memenuhi ketentuan permodalan. modal kita hingga akhir 2022 tercatat Rp4,3 triliun," tambah Direktur Kepatuhan Bank Sumut Eksir.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa modal inti Bank Sumut jika dibandingkan pada laporan terakhir pada kuartal III/2022 tercatat naik sekitar 4,19 persen dari posisi modal inti September 2022 tercatat Rp4.127.269.000.000 (Rp4,12 triliun).
Adapun, pada akhir semester II-2022, perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp706 miliar (sebelum diaudit), atau tumbuh 15,15 persen year on year dan memproyeksikan laba bersih minimal Rp800 miliar di tahun 2023.
Sementara outstanding penyaluran kredit Tahun Buku 2022 sebesar Rp27,85 triliun (sebelum diaudit). Jumlah tersebut naik 10,58 persen dari tahun sebelumnya. Dari penyaluran kredit tersebut, perseroan menjaga kualitas kredit dengan rasio kredit bermasalah di level 1,21 persen (NPL Net sebelum diaudit) atau membaik dari tahun buku 2021 sebesar 1,80 persen.
Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perseroan pada tahun 2022 sebesar Rp 31,9 triliun (sebelum diaudit) atau naik 3,01 persen yoy, dimana komposisi dana pihak ketiga didominasi oleh produk tabungan dan giro sebesar 60 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel