Live: Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini saat Aksi Jual Asing Kencang

Bisnis.com,11 Jan 2023, 05:30 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengalami pelemahan pada awal 2023 di tengah aksi jual asing yang berlanjut. Kondisi ini bisa menjadi kesempatan bagi investor untuk mulai mengakumulasi saham-saham blue chip.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat telah turun 3,33 persen secara year to date (ytd) sampai penutupan Selasa (10/1/2023).

Pelemahan IHSG juga disusul oleh pelemahan indeks-indeks yang menaungi saham-saham berkapitalisasi besar atau blue chip seperti IDX30 dan LQ45. IDX30 tercatat telah turun 3,70 persen ytd, sementara LQ45 melemah 3,63 persen sepanjang 2023.

Meski demikian, pelemahan ini dinilai bisa menjadi momentum bagi investor untuk mulai mengoleksi saham-saham tersebut. Terlebih dengan valuasi yang cenderung murah dari rata-rata historisnya.

Analis Sinar Mas Sekuritas Mayang Anggita mengemukakan beberapa saham blue chip yang memiliki valuasi murah berdasarkan rata-rata price to earnings ratio (PER) lima tahun terakhir mencakup ANTM, UNTR, CPIN, INKP dan SMGR.

“Dari saham tersebut rasio PE nya sudah turun lebih dari separuh, hal ini mencerminkan kondisi saham tersebut sudah relatif murah. Contohnya adalah saham ANTM yang memiliki PE 17 kali yang lebih rendah dibandingkan dengan PE rata-rata 5 tahunnya yang sebesar 23 kali,” kata Mayang, Selasa (10/1/2023).

Dalam beberapa kasus, Mayang mengatakan saham murah umumnya bergerak dalam tren turun dan memiliki kecenderungan untuk membentuk Lower Peak atau Lower Trough. Dengan demikian, Mayang menilai investor perlu mempertimbangkan analisis fundamental dan analisis teknikal secara bersamaan.

“Investor yang bijak sebaiknya membeli saham yang secara fundamental dinilai undervalue, sembari memastikan bahwa saham tersebut bergerak dalam tren naik, artinya cenderung membentuk Higher Peak dan Higher Through,” jelasnya.

Analisis teknikal yang dilakukan Mayang menunjukkan bahwa saham-saham blue chip undervalue tersebut masih memiliki peluang untuk berbalik menguat. Dia mengingatkan agar investor tetap bijaksana dalam menentukan titik beli dan jual sesuai support dan resistance dari saham tersebut.

Selain itu, dia mengatakan BRPT dan TPIA cukup menarik untuk dicermati. Penurunan harga minyak mentah diperkirakan berdampak positif bagi emiten pengguna minyak mentah sebagai bahan baku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini