Jerman Bangkit Lewati Krisis Energi Terburuk Akibat Perang Rusia vs Ukraina

Bisnis.com,14 Jan 2023, 19:49 WIB
Penulis: Asahi Asry Larasati
Matahari terbenam di balik sistem derek pelabuhan dan turbin angin di Hamburg, Jerman. Eropa kini menghadapi krisis energi yang membuat harga gas meroket/neweurope.eu
Bisnis.com, JAKARTA - Bidang industri Jerman BASF SE masih berjuang melawan krisis energi yang belum pernah terjadi sebelumnya, khususnya setelah perang Rusia vs Ukraina meletus pada awal 2022. 
 
Dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (14/1/2023), kekhawatiran tentang gas setelah penyerangan pasukan Rusia ke Ukraina telah hilang bagi pembuat bahan kimia, logam, dan kaca di negara itu, saat suhu ringan dan Jerman menyelesaikan terminal impor gas alam cair pertamanya.
 
Perusahaan-perusahaan yang beralih ke pembelian gas dan listrik di pasar spot, alih-alih perjanjian jangka panjang, sudah menuai manfaatnya. Juru bicara SKW Piesteritz GmbH Christopher Profitlich mengatakan harga energi secara signifikan lebih rendah bagi perusahaan. 
"Kedua mesin kami berfungsi dan semua staf produksi kami bekerja kembali." katanya dikutip dari Bloomberg pada Sabtu (14/1/2023). 
 
Langkah Jerman untuk melepaskan diri dari gas Rusia membuahkan hasil. Pemerintah telah bergegas untuk memanfaatkan gas alam cair di pasar, meningkatkan impor ke Eropa ke rekor tertinggi dan menjaga reservoir mendekati penuh selama awal musim dingin.
Negara ini juga telah mempercepat pembangunan terminal LNG. 
 
"Sepertinya risiko tentang gas darurat telah hilang pada musim dingin ini. Namun, harga harus tetap lebih rendah lebih lama lagi agar sebagian besar perusahaan dapat melihat perbedaan yang nyata." ujar Asosiasi sektor kimia VCI Jerman Wolfgang Große Entrup.
 
Lonjakan harga gas memaksa banyak perusahaan industri untuk mengekang output. Produsen besar termasuk produsen mobil Volkswagen AG dan raksasa kimia BASF menyusun rencana darurat jika terjadi gangguan pasokan, karena Rusia secara efektif menghentikan aliran gas langsung sejak September 2022. 
 
Sementara mulai berkurang, harga gas tetap jauh di atas tingkat yang terlihat sebelum Rusia mulai kurang mengirimkan gas pada bulan-bulan sebelum invasi Februari 2022.
Perusahaan yang menghadapi guncangan harga mengatakan, pelanggan dalam banyak kasus telah beralih ke tempat lain, seperti mencari suku cadang aluminium dari Amerika Serikat (AS) atau Asia.
 
Hambatan pada ekonomi terbesar Eropa juga telah mereda. Para ekonom telah memperkirakan penurunan pada bulan September, setelah ukuran kepercayaan konsumen turun dan survei manajer pembelian mengisyaratkan penurunan output. Sekarang ekonomi yang lebih luas tampaknya flatlining daripada menyusut.
 
"Situasi pasokan energi yang stabil saat ini memastikan bahwa produksi terjamin untuk saat ini. Namun, tetap saja, tidak ada pembicaraan tentang kelegaan." jelas kepala asosiasi produsen bahan bangunan BV Matthias Frederichs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini