Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank pembangunan daerah (BPD) berupaya menyiapkan strategi untuk mencatatkan pertumbuhan bisnis yang moncer pada tahun ini di tengah tantangan tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan kekhawatiran resesi global.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) misalnya menyiapkan sejumlah cara untuk menjaga kinerjanya di tengah tren suku bunga acuan BI yang tinggi tahun ini. "Dampak kenaikan suku bunga acuan BI tentu akan terasa juga oleh BPD. Akan tetapi, menghadapi tantangan itu kuncinya adalah bagaimana mengelola aset dan liabilitas dengan baik agar marjin bunga tetap terjaga," ujar Yuddy kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Selain itu, Bank BJB juga akan gencar meningkatkan sumber-sumber pendapatan nonbunga, seperti pendapatan berbasis komisi atau fee based income dengan pengembangan produk layanan berbasis teknologi.
Dalam menyalurkan kredit, tahun ini Bank BJB juga tidak hanya akan gencar menyasar segmen pemerintahan, tapi menggarap segmen lainnya secara selektif. Tujuannya agar dapat mendorong laju pertumbuhan bisnis dengan kualitas yang terjaga.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat atau Bank Nagari Muhammad Irsyad mengatakan bahwa suku bunga acuan BI yang tinggi menjadi tantangan yang harus dihadapi BPD guna menyongsong 2023. Bank Nagari pun gencar menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya mendorong implementasi teknologi untuk mendukung layanan digital.
Sementara, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk. atau Bank Sumut akan gencar berekspansi bisnis, termasuk dalam mendorong kredit modal kerja, kredit investasi, hingga kredit konsumtif di tengah tantangan 2023. Hal ini dilakukan oleh Bank Sumut seiring dengan rencana penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada awal bulan depan.
Plt Direktur Utama Bank Sumut Hadi Sucipto mengatakan bahwa selain ekspansi kredit, dana hasil IPO akan digunakan oleh Bank Sumut untuk transformasi digital.
Sebagaimana diketahui dalam prospektus, Bank Sumut berencana IPO dan menawarkan sebanyak 2,93 miliar lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp250 per helai.
Adapun, harga pelaksanaan saham IPO dibidik akan berada dalam rentang Rp350 hingga Rp510 per helai. Alhasil, melalui aksi penawaran umum ini, Bank Sumut diproyeksi akan menyerap dana segar sebanyak-banyaknya Rp1,49 triliun.
Tahun ini, perbankan memang akan menghadapi berbagai tantangan, seperti tren suku bunga acuan BI yang tinggi. BI telah menaikan suku bunga acuan secara beruntun sejak Agustus 2022 hingga Desember 2022. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 21 – 22 Desember 2022 telah menaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50 persen.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan dampak kenaikan suku bunga acuan dengan ekstream akan memengaruhi net interest margin (NIM) dan cost of fund perbankan. "Jadi bank harus kreatif jaga kinerjanya, minimal sampai akhir tahun ini," ujarnya kepada Bisnis.
Selain suku bunga acuan, kekhawatiran resesi global jadi tantangan perbankan. Menurut Amin, saat resesi global, inflasi akan meninggi. Bagi sektor perbankan, ini dikhawatirkan akan membawa masalah pada kualitas kredit.
"Bagaimanapun bank mesti hati-hati di tengah terpaan resesi, kredit macet [nonperforming loan/NPL] akan tinggi," ujarnya kepada Bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel