Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menyiapkan sejumlah strategi agar suku bunga deposito dan kreditnya bisa kompetitif di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa dalam menjaga tingkat suku bunganya baik deposito maupun kredit, Bank Mandiri secara aktif terus melakukan kajian potensi penyesuaian. "Kami mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana [cost of fund], respon dari bank lain, serta dampak terhadap peningkatan suku bunga," katanya kepada Bisnis pada Senin (16/1/2023).
Selain itu, Bank Mandiri juga berupaya menawarkan suku bunga atraktif ke nasabah dengan menjaga tingkat biaya bunga yang optimal. "Upaya itu dilakukan untuk mendukung kestabilan tingkat suku bunga yang disalurkan ke masyarakat dan menjaga pertumbuhan serta profitabilitas ke depan," ujar Rudi.
Sementara itu, mengacu pada informasi yang dibagikan di laman resminya, Bank Mandiri menawarkan suku bunga deposito valas di kisaran 0,75-1,75 persen. Lalu, untuk deposito rupiah mencapai 2,25-2,50 persen.
Untuk tingkat suku bunga kredit, Bank Mandiri menawarkan suku bunga kredit korporasi 8,05 persen, kredit ritel 8,30 persen, kredit mikro 11,30 persen, kredit pemilikan rumah (KPR) 7,30 persen, dan kredit non KPR 8,80 persen.
Upaya Bank Mandiri menjaga tingkat suku bunganya dilakukan seiring dengan tren tingginya suku bunga acuan dari Bank Indonesia. Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Desember 2022, suku bunga acuan naik 25 basis poin (bps) menjadi 5,50 persen. Besaran peningkatan itu juga terjadi pada suku bunga deposit facility yang menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 6,25 persen.
Kenaikan suku bunga acuan itu menjadi yang kelima kalinya ditetapkan Bank Indonesia sejak Agustus 2022 secara beruntun hingga Desember 2022.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa naiknya suku bunga acuan itu akan berpengaruh bagi perbankan dalam menjaga marjin bunga bersihnya atau net interest margin (NIM). "Saat suku bunga acuan BI naik, bank memberikan bunga spesial besar kepada nasabah deposan. Itu kalau terlalu tinggi akan pengaruhi NIM," ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Dalam mengelola NIM, perbankan juga perlu mengurangi bunga spesial bagi para nasabah deposan. Kemudian, perbankan bisa sedikit menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya. Dengan begitu, selisih margin akan terjaga dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel