Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan bahwa pertumbuhan kredit perbankan masih akan tumbuh pesat di tengah tantangan resesi global tahun ini. Sementara itu, ada sejumlah sektor yang menjadi pendorong kredit perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa salah satu sektor kredit yang akan menjadi pendorong adalah sektor konsumsi. Sebab, komposisi produk domestik bruto (PDB) Indonesia sangat tergantung pada konsumsi.
"Ini akan tinggi dan perbankan ikut menjaminnya sebagai penopang pertumbuhan kredit," kata Dian di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (16/1/2023).
Selain itu, sektor yang akan menjadi pendorong adalah kredit usaha rakyat (KUR). "Ini [KUR] menjadi penting dan juga UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah], karena target Presiden porsinya mencapai angka 30 persen pada 2024," kata Dian.
Presiden Joko Widodo memang telah meminta agar porsi kredit untuk UMKM naik mencapai lebih dari 30 persen dari total kredit pada 2024. Sementara, rata-rata kredit UMKM di perbankan baru mencapai dari rata-rata 20 persen pada 2021.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar dari Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit perbankan hingga November 2022 telah mencapai Rp6.317,7 triliun atau tumbuh 10,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Sementara, kredit konsumsi berkinerja moncer dan berkontribusi signifikan. Per November 2022, kredit konsumsi tumbuh 9 persen yoy menjadi Rp1.812 triliun. Kredit UMKM juga moncer, tumbuh 18,2 persen yoy per November 2022 menjadi Rp1.248,4 triliun.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar optimis penyaluran kredit perbankan masih tumbuh pesat tahun ini. Dia menilai bahwa kredit perbankan pada 2023 dapat tumbuh 1,5 kali dari pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB.
Proyeksi tersebut, kata Mahendra, menggunakan pola yang biasanya digunakan untuk menghitung pertumbuhan fungsi intermediasi. “Tentu dinamikanya akan kami cermati. Sejalan dengan itu, pertumbuhan DPK [dana pihak ketiga] akan tetap berjalan," katanya.
Meski begitu, perbankan akan menghadapi tantangan resesi global tahun ini. Dalam menghadapi tantangan itu, OJK meminta lembaga jasa keuangan memperkuat modal dan meningkatkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
Mahendra menyatakan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang diikuti dengan volatilitas harga komoditas berpotensi memengaruhi kinerja lembaga jasa keuangan, mulai dari portofolio investasi, likuiditas, hingga kredit.
“OJK meminta lembaga jasa keuangan untuk memperkuat permodalan dan CKPN untuk bersiap dalam menghadapi skenario pemburukan akibat kenaikan risiko kredit, serta meningkatkan buffer likuiditas untuk memitigasi meningkatnya risiko likuiditas,” ujarnya.
Perbankan pun optimis penyaluran kredit masih tetap moncer tahun ini. "Kami cukup optimis tahun ini pertumbuhan kredit bisa mencapai sekitar 12 persen dengan DPK yang cukup tinggi," ujar Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Aestika Oryza Gunarto juga optimistis tahun ini pertumbuhan kredit akan tetap pesat. "Secara umum, pada tahun ini BRI menargetkan pertumbuhan kredit dikisaran 9-11 persen yoy," katanya kepada Bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel