Yen Pulih, Defisit Neraca Perdagangan Jepang Susut Jadi US$11,3 Miliar

Bisnis.com,19 Jan 2023, 11:05 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Seorang turis mendatangi salah satu destinasi wisata di Jepang/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Defisit neraca perdagangan Jepang menyempit lebih dari yang diperkirakan pada bulan Desember 2022 menyusul pulihnya yen dan harga energi yang mulai turun.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (19/1/2023), Kementerian Keuangan Jepang melaporkan defisit neraca perdagangan menyusut menjadi 1,45 triliun yen (US$11,3 miliar). Ini merupakan defisit pertama di bawah 2 triliun yen dalam lima bulan terakhir.

Kementerian melaporkan nilai Impor naik 20,6 persen secara year-on-year (yoy) dari Desember 2021, sedangkan ekspor naik 11,5 persen yopy.

Kontribusi lonjakan impor dari minyak mentah dan gas alam cair menyusut di bulan Desember dibandingkan dengan bulan November. Sementara itu, ekspor untuk Eropa cenderung stagnan, ekspor ke China turun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir karena penurunan pengiriman mobil.

Penyusutan defisit neraca dagang ini mengindikasikan bahwa dampak berkepanjangan dari lemahnya yen dan tingginya harga komoditas mulai berkurang. Hal ini yang seharusnya mengurangi hambatan perdagangan secara keseluruhan terhadap perekonomian karena biaya impor Jepang meningkat pada laju yang lebih lambat.

Namun, dengan perlambatan global yang kemungkinan akan semakin dalam, ekspor yang melemah dapat membuat neraca perdagangan kemungkinan akan terus defisit untuk beberapa waktu ke depan.

Kepala ekonom Japan Research Institute Hideki Matsumura mengatakan menyempitnya defisit neraca perdagangan merupakan hal yang positif.

"Peningkatan defisit neraca perdagangan berarti ada kenaikan aliran pendapatan ke luar negeri. Jika defisit menyempit, pendapatan tetap berada di Jepang, yang merupakan hal yang positif bagi rumah tangga dan perusahaan,” paparnya.

Nilai tukar yen Jepang masih di kisaran 140 per dolar AS pada Desember 2022, menguat secara signifikan dari level terendahnya di bulan Oktober dan membantu menurunkan biaya impor.

Harga minyak juga terus menurun yang menjadi sebuah faktor positif tambaha untuk Jepang. Negara ini sebagian besar bergantung pada pengiriman komoditas energi dari luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini