Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) menyiapkan empat strategi guna meraup laba pada 2023, diantaranya meluncurkan produk pinjaman ke sektor produktif hingga memperlebar ekosistem.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan bahwa perseroan menargetkan laba full year dan menjadikan 2023 sebagai tahun profitable. Selain laba, penyaluran pinjaman juga ditargetkan tumbuh 30-50 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada tahun ini. Kemudian, Bank Neo Commerce juga menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) naik 30-50 persen.
Untuk mencapai target-target itu, Bank Neo Commerce menyiapkan sejumlah strategi. Pertama, perseroan akan meluncurkan produk wealth management dalam 2-3 bulan ke depan. "Itu kami harapkan bisa meningkatkan fee based income [pendapatan berbasis komisi]," ujar Tjandra setelah acara diskusi yang digelar oleh Indonesia India Business Forum (IIBF) di Jakarta, pada Rabu (18/1/2023).
Kedua, bank berkode emiten BBYB itu akan memperlebar ekosistem. Ia mengatakan bahwa Bank Neo Commerce beroperasi secara open ecosystem. "Kami gandeng kerja sama, user bisa menggunakan kesempatan ini untuk bertransaksi dan ini bisa meningkatkan fee based income kami," ujarnya.
Dalam memperluas ekosistemnya, perseroan saat ini sedang menjajaki kerja sama dengan salah satu startup. Namun, Tjandra enggan memberikan penjelasan mengenai startup yang dimaksud.
Ketiga, Bank Neo Commerce akan masuk ke pasar pinjaman produktif. Produk pinjaman tersebut disiapkan meluncur tahun ini.
Keempat, perseroan akan fokus mengatur pengeluarannya. Menurutnya, salah satu biaya yang besar pada tahun lalu adalah pemasaran. "Posisi tahun ini sudah targeted. Jadi, kami tidak perlu lagi jor-joran mengeluarkan biaya pemasaran seperti 2022 atau 2021," katanya.
Sebagaimana diketahui, Bank Neo Commerce tercatat masih membukukan rugi bersih sebesar Rp601,2 miliar sampai dengan kuartal III/2022. Meski demikian, perseroan mampu membukukan peningkatan aset sebesar 98 persen yoy menjadi Rp15,9 triliun.
DPK BBYB juga naik 90 persen yoy menjadi Rp12,6 triliun. Sementara, kredit perseroan tumbuh 131,77 persen yoy menjadi Rp8,9 triliun.
Di sisi lain, bank digital seperti Bank Neo Commerce nyatanya akan menghadapi sejumlah tantangan tahun ini. "Tantangannya adalah bagaimana bank digital dapat melakukan funding dengan cara yang tepat di tengah tren kenaikan suku bunga," ungkap Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi.
Diketahui, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) telah meningkatkan secara beruntun sejak Agustus 2022 hingga Desember 2022. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21–22 Desember 2022 telah menaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50 persen.
Kenaikan suku bunga acuan BI itu menurutnya akan memengaruhi kinerja bank digital. Apalagi, saat ini proporsi struktur DPK bank digital masih didominasi oleh deposito. Bank digital juga agresif menggalang dana dengan menawarkan bunga lebih tinggi. Hal tersebut membuat cost of fund lebih tinggi.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga menyebutkan bahwa bank digital akan menghadapi sejumlah tantangan tahun ini. Pertama, mengembangkan inovasi produk dan layanan.
Kedua, menjangkau masyarakat yang belum bankable untuk bisa akses ke bank digital. "Ketiga, efisiensi proses serta biaya yang lebih ditekan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel