Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mencatatkan kinerja penyaluran pembiayaan baru melampaui ekspektasi pada tutup buku periode 2022.
Direktur Sales & Distribusi MTF William Francis Indra mengungkap bahwa penyaluran pembiayaan baru perseroan sepanjang 2022 berhasil mencapai Rp27,8 triliun, tumbuh sekitar 36 persen year-on-year (yoy) ketimbang kinerja periode 2021.
"Kami berhasil melampaui target penyaluran pembiayaan sepanjang 2022 yang tadinya diharapkan berada di kisaran Rp25 triliun. Setidaknya ada tiga faktor yang membantu mendorong kinerja kami, yaitu tumbuhnya captive market, permintaan produk dana tunai, dan pulihnya bisnis rekanan dealer," jelasnya kepada Bisnis, dikutip Sabtu (21/1/2023).
Secara terperinci, William menjelaskan bahwa captive market merupakan bisnis yang berasal dari ekosistem nasabah induk usaha, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI). Pada periode 2022, pertumbuhan captive market mencapai 70 persen yoy.
"Bergeser ke bisnis yang berasal dari rekanan dealer, sepanjang 2022 lalu tercatat menyumbang sekitar Rp15 triliun dari total penyaluran pembiayaan kami. Menandakan minat beli mobil baru dari masyarakat mulai pulih, setelah 2 tahun lamanya tertekan era pandemi," tambahnya.
Sementara itu, produk dana tunai MTF bertajuk CashAja pun turut menyumbang pertumbuhan. Sebelumnya, William menjelaskan bahwa produk ini baru saja digenjot secara masif oleh MTF pada 2022 sebagai upaya diversifikasi, terutama apabila bisnis kredit mobil baru sedikit lesu.
Sebagai produk refinancing dan multiguna, CashAja menyasar konsumen MTF aktif yang cicilannya hampir lunas, maupun konsumen yang cicilannya sudah lunas, di mana potensinya mencapai sekitar 1 juta orang.
"Pembiayaan dana tunai kami, CashAja pada 2021 hanya mencapai Rp1,7 triliun. Periode 2022 kemarin, nilai pembiayaan melalui produk CashAja tumbuh hampir dua kali lipat menjadi Rp3 triliun," ungkap William.
Sebagai perbandingan, penyaluran pembiayaan MTF sepanjang 2021 mencapai Rp20,5 triliun, membaik ketimbang era awal pandemi Covid-19 alias periode 2020 yang ditutup senilai Rp16,74 triliun.
Adapun, kendati kinerja pembiayaan sepanjang 2022 melanjutkan tren pemulihan sejak era pandemi, penyaluran pembiayaan belum melampaui era normal atau 2019 yang ketika itu mampu menembus Rp28,78 triliun.
"Untuk 2023, kami masih melihat situasi dan kondisi. Proyeksi di kuartal I/2023 ini masih bisa tumbuh. Namun, tidak seagresif di 2022. Oleh karena itu, sepanjang tahun berjalan ini kami memproyeksikan bisa tumbuh sekitar 10-15 persen [yoy] saja ketimbang capaian 2022," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel