China Buka Pembatasan Covid-19, Ekonom: Investasi Bakal Lebih Besar

Bisnis.com,24 Jan 2023, 16:09 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Wisatawan di bandara Beijing pada 14 Januari 2023. Perjalanan domestik diperkirakan pulih lebih cepat daripada perjalanan internasional./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom melihat dari pembukaan kembali atau reopening China menjadi kabar baik dari sisi perekonomian juga investasi yang diharapkan akan lebih besar, mengingat China menjadi salah satu negara dengan jumlah investasi terbesar di Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menuturkan bahwa seiring normalnya mobilitas, akan mendorong konsumsi domestik yang seharusnya juga mendorong tingkat investasi.

“Jadi memang ada dorongan untuk peningkatan investasi China ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Bahkan sejak sebelum pandemi tren investasi dari China mengalami peningkatan dan kalau melihat dari sektor-sektor yang ditanamkan modalnya, investor China itu lebih beragam,” ujarnya, Selasa (24/1/2023).

Saat ini, beberapa proyek investasi China di Indonesia, antara lain Kereta Cepat Jakarta-Bandung, pabrik baterai kendaraan listrik atau lithium di Morowali, hingga pembangunan infrastruktur seperti waduk Jatigede, jalan tol medan Kualanamu, dan pelabuhan Kuala Tanjung.

Sepanjang 2022 hingga kuartal III/2022, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat nilai investasi China yang masuk ke Indonesia sekitar US$5,2 miliar dengan total proyek sebanyak 2.474 proyek.

Faisal menyebutkan, dengan kebijakan pemerintah melakukan hilirisasi dari sumber daya alam (SDA) pertambangan seperti nikel dan bauksit, sejatinya mendorong semakin besarnya investasi dari China.

“Ini kemungkinan bisa menarik investasi termasuk di antaranya China,” tambahnya.

Sebagai informasi, pemerintah China telah mencabut kebijakan nol Covid-19 atau zero covid policy pada 8 Januari 2023. Dengan demikian, pergerakan masyarakat China, dengan jumlah yang banyak, akan berdampak ke banyak hal, salah satunya investasi.

Meski demikian, Faisal menyoroti agar investasi yang masih dari China mendukung investasi berkelanjutan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Jangan sampai terjadi lagi kasus seperti bentrok pekerja di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), Morowali.

Artinya, menurut Faisal, investasi tersebut belum maksimal menerapkan prinsip ESG dari sisi sosial.

“Itu dampak sosial, belum lagi bicara masalah dampak lingkungan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini