Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menilai bahwa industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih prospektif pada 2023. Bank Mandiri pun menjadikan sektor itu sebagai salah satu fokus dalam mendongkrak kredit.
Dalam penutupan perdagangan hari ini di Bursa Malaysia, Selasa (24/1/2023), harga CPO dunia untuk kontrak pengiriman April 2023 berada pada level 3.904 ringgit Malaysia (RM). Jauh lebih mahal dari periode pertengahan 2019 atau sebelum pandemi di kisaran 1.900 RM per ton untuk kemudian melonjak menjadi sekitar 2.500 RM pada akhir tahun.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa perseroan memperkirakan produksi CPO pada 2023 akan meningkat sebesar 2-3 juta ton dibandingkan tahun lalu. Permintaan juga meningkat terutama dari China, selain permintaan yang kuat dari India.
Harga CPO pada 2023 juga tetap tinggi dan menguntungkan meskipun lebih rendah dibandingkan 2022. Bank Mandiri memperkirakan harga CPO mencapai US$800-US$900 per ton.
"Oleh karena itu, Bank Mandiri masih menjadikan sektor perkebunan sawit dan CPO sebagai salah satu fokus pertumbuhan kredit pada 2023 dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian," ungkap Rudi kepada Bisnis pada Selasa (24/1/2024)
Bank Mandiri sendiri telah mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit untuk industri kelapa sawit dan CPO 3,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per November 2022.
Pertumbuhan kredit di industri CPO diikuti dengan kualitas kredit yang tetap terjaga. Bank Mandiri mencatat posisi rasio kredit macet (nonperforming loan/NPL) untuk industri CPO berada di bawah 1 persen dengan tren yang terus membaik.
Selain menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri juga tetap mempertajam penerapan bisnis berbasis ramah lingkungan dalam penyaluran kredit CPO itu, diantaranya melalui adopsi ketentuan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sebagai persyaratan calon debitur.
"Hal Ini dilakukan guna mendukung gerakan pemerintah Indonesia dan regulator dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keberlanjutan industri," kata Rudi.
Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri perbankan memang telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengembangan industri CPO Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir, nominal kredit CPO yang disalurkan oleh industri perbankan terus menunjukkan peningkatan.
Per kuartal III/2022, nilai kredit perbankan untuk sektor CPO mencapai Rp374,1 triliun. Porsinya mencapai 5,96 persen dari total kredit perbankan per kuartal III/2022.
Penyaluran kredit komoditas CPO didominasi oleh bank jumbo atau bank bermodal inti lebih dari Rp70 triliun, khususnya bank BUMN seperti Bank Mandiri. Porsi kredit CPO di bank-bank jumbo itu mencapai 60,12 persen atau secara nominal mencapai Rp224,89 triliun.
Besarnya porsi penyaluran kredit oleh kelompok BUMN tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah melalui himpunan bank-bank milik negara (Himbara) dalam mendukung penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian termasuk sawit.
Sementara itu, OJK mencatat bahwa pertumbuhan penyaluran kredit CPO ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana dari pelaku usaha. Sementara, industri kelapa sawit mulai kembali pulih dan biaya produksi pun meningkat.
Peningkatan kembali aktivitas di industri ini terjadi akibat melambungnya harga pupuk non-subsidi seiring adanya pembatasan ekspor bahan baku yang dilakukan Rusia dan Cina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel