Bisnis.com, BANDA ACEH — Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Hery Gunardi mengatakan bahwa pertumbuhan bisnis perbankan syariah masih tumbuh pesat pada 2023 dan diperkirakan akan berada di atas rata-rata perbankan nasional.
Hery memperkirakan bahwa penyaluran pembiayaan perbankan syariah tumbuh 7,25 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada tahun ini atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan kredit perbankan nasional sebesar 5,21 persen yoy.
"Pembiayaan di bank syariah ini akan lebih baik dibandingkan industri perbankan secara keseluruhan," kata Hery dalam acara Seminar Nasional Sharia Economic Investment outlook 2023: Akselerasi Pembangunan Ekonomi Aceh pada Rabu (25/1/2023).
BSI sendiri berhasil membukukan pertumbuhan pembiayaan 22,35 persen yoy menjadi Rp199,82 triliun per kuartal III/2022, dibandingkan Rp163,31 triliun pada kuartal III/2021.
Pertumbuhan pembiayaan ini diiringi dengan perbaikan pada sisi kualitas pinjaman. Tercatat, nonperforming financing (NPF) gross BSI turun dari 3,05 persen menjadi 2,67 persen. NPF net juga turun dari 1,02 persen menjadi 0,59 persen.
Sementara, berdasarkan Laporan Profil Industri Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bank syariah juga mencatatkan pertumbuhan pembiayaan yang pesat pada kuartal III/2022, yakni sebesar 18,79 persen yoy menjadi Rp477,50 triliun.
Pertumbuhan pembiayaan bank syariah itu lebih tinggi dibandingkan kredit bank umum konvensional (BUK) yang tumbuh 10,57 persen yoy menjadi Rp6.026.72 triliun.
Selain pembiayaan, kinerja bisnis lainnya seperti dana pihak ketiga (DPK) bank syariah juga diproyeksikan tumbuh lebih pesat dibandingkan perbankan nasional. Menurut Hery, DPK perbankan syariah diperkirakan tumbuh 11,53 persen yoy atau lebih tinggi dari proyeksi DPK perbankan nasional sebesar 7,51 persen yoy.
Akan tetapi, perbankan tahun ini akan menghadapi tantangan gejolak ekonomi global. "Dinamika perekonomian global sedang tidak baik-baik saja. Pada 2023 masih berlanjut ketegangan geopolitik, meningkatnya potensi resesi di negara maju, serta isu perubahan iklim. Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya sebesar 1,7 persen pada 2023 dan 2,7 persen pada 2024," ujar Hery.
Dari dalam negeri, beberapa hal yang menjadi perhatian adalah pemulihan ekonomi, mobilitas, konsumsi, normalisasi kebijakan fiskal dan moneter, hilirisasi tambang, serta dinamika politik menjelang pemilu.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa kondisi perbankan syariah diperkirakan tidak akan banyak terdampak oleh resesi global. Menurutnya, Indonesia diuntungkan oleh tingginya harga barang-barang komoditas sehingga membantu pulihnya ekonomi seiring meredanya pandemi Covid-19. Dengan kondisi tersebut, Piter memprediksi permintaan terhadap pembiayaan dari bank syariah akan tumbuh dan membaik.
Piter juga berpendapat seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan pembiayaan lebih tinggi, salah satunya melalui KPR syariah. Menurutnya, perbankan bisa menunjukkan kelebihan KPR syariah dibandingkan dengan KPR konvensional.
Selama ini keunggulan KPR syariah tidak begitu nampak dan dirasakan nasabah. Menurutnya, beban cicilan KPR syariah selama ini dirasakan tidak berbeda dengan KPR konvensional.
"Sehingga pembedanya hanyalah keyakinan berdasarkan agama. Hal ini menyebabkan permintaan kredit KPR syariah tidak terlalu besar,” kata Piter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel