Modal Asing Banjiri RI di Awal Tahun, Bos BI Optimistis Rupiah Menguat

Bisnis.com,30 Jan 2023, 11:09 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan terus menguat sesuai dengan fundamentalnya akibat modal asing yang membanjiri pasar RI. 

Perry mengatakan, pada awal 2023, tercatat aliran modal asing masuk US$2,4 miliar atau setara dengan Rp35,9 triliun (kurs Rp14.978 per dolar AS) masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry menilai derasnya aliran modal asing ini mendukung stabilitas rupiah.

Selain itu, kondisi eksternal Indonesia juga cukup baik, tercermin dari transaksi berjalan yang diperkirakan mencapai 0 persen dari PDB, dengan neraca pembayaran yang diperkirakan mencetak surplus.

“Kami yakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi bahwa rupiah akan menguat, dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi rendah, neraca pembayaran surplus, dan prospek ekonomi yang baik,” katanya dalam acara Peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan tumbuh pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen, dengan titik tengah di 4,9 persen.

Menurutnya, ekonomi Indonesia berpotensi menembus 5 persen jika diikuti dengan konsumsi masyarakat yang lebih kuat.

Di sisi lain, BI memastikan tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I/2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen pada semester II/2023.

Penurunan yang lebih cepat tersebut melanjutkan tren pada akhir 2022, yang mana BI memperkirakan tingkat inflasi Desember 2022 akan mencapai 6,5 persen, namun realisasinya tercatat sebesar 5,51 persen.

“Inflasi setelah penyesuaian harga BBM turun lebih cepat dari yang kita perkirakan. Semula kita perkirakan 6,5 persen, tetapi realisasinya 5,51 persen, suatu capaian jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang banyak mengalami inflasi di atas 8 persen,” jelas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini