Pesan Sri Mulyani ke Pengusaha: Jangan Khawatir Soal Tahun Politik

Bisnis.com,30 Jan 2023, 13:05 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan kata sambutan di acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023). Dok Youtube Ikatan Bankir Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kepada para pengusaha agar tidak khawatir dengan kondisi dan stabilitas pada tahun politik 2023 atau jelang Pemilu 2024

Pasalnya, tahun politik yang berlangsung pada 2023 bukan tidak mungkin sedikit mengguncang stabilitas akibat polarisasi yang acapkali terjadi di setiap pemilihan umum atau pemilu. 

World Economic Forum (WEF) dalam Laporan Risiko Global 2023 menyatakan polarisasi sosial, yang kerap membayangi pada saat tahun politik, dinilai dapat menghambat penyelesaian masalah kolektif untuk mengatasi risiko global.

Hal tersebut juga dinilai mampu menyebabkan perselisihan yang lebih besar, terutama saat menavigasi prospek ekonomi di tengah ketidakpastian pada tahun-tahun mendatang.

Pemilihan nasional akan berlangsung di beberapa negara G20 dalam dua tahun ke depan, termasuk Amerika Serikat, Afrika Selatan, Turki, Argentina, Meksiko, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menegaskan bahwa momentum tahun politik 2023 ini membutuhkan komitmen dari setiap elemen untuk mampu menghadirkan kontestasi politik secara aman, adil, dan jujur. 

“Kita semua paham bahwa dalam pemilu biasanya memang ada suhu politik yang naik, tapi kita sudah berpengalaman dalam beberapa kali pemilu bahwa [keamanan] bisa tetap terjaga, sehingga ini tidak menjadi alasan bagi investor ataupun masyarakat untuk khawatir,” ujar Sri Mulyani pekan lalu.

Tak cuma dari dalam negeri, lanjutnya, para pengusaha juga mengkhawatirkan kondisi ekonomi global yang diperkirakan bakal mengalami resesi pada tahun ini. 

Presiden Direktur PT Samsung Electronics Indonesia Hong Yeun Seuk, misalnya, cukup waswas menghadapi tantangan perlambatan ekonomi global tahun ini. Menurutnya, kondisi ini menuntut pengusaha untuk mampu mengoptimalisasi biaya produksi agar lebih kompetitif. 

“Untuk itu, dukungan dari pemerintah kepada dunia usaha sangat dibutuhkan karena biaya produksi yang efisien sangat penting dan dibutuhkan,” kata Hong Yeun Seuk. 

Kecemasan itu bukan tanpa sebab. Laporan Bloomberg menyebutkan dari 4.410 CEO yang disurvei oleh PricewaterhouseCoopers LLP pada bulan Oktober dan November 2022, sebanyak 73 persen memperkirakan pertumbuhan global akan menurun selama 12 bulan mendatang. 

Dua dari lima CEO bahkan menyatakan kekhawatiran perusahaan mereka mungkin tidak akan bertahan dalam satu dekade ke depan. 

Sementara itu, survei terpisah yang dirilis WEF mencatat dua pertiga ekonom memperkirakan resesi di seluruh dunia pada 2023 akibat bisnis memangkas biaya, bahkan 18 persen di antaranya memperkirakan resesi sangat mungkin terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini