Bisnis.com, JAKARTA – Stabilitas sistem keuangan (SSK) Indonesia terus membaik seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi, serta pulihnya indikator perekonomian dan sistem keuangan sepanjang kuartal terakhir 2022 lalu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sejumlah indikator pemulihan dini per Desember 2022 itu misalnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang terus memberikan sinyal optimisme. Di samping itu, PMI Manufaktur Indonesia juga melanjutkan tren ekspansi pada level 50,9 per Desember 2022.
“Kinerja neraca perdagangan juga terus mencatatkan surplus dengan total surplus di tahun 2022 mencapai US$54,46 miliar, merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah,” katanya dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2023, Selasa (31/1/2023).
Tingkat inflasi Indonesia pada akhir 2022 juga tercatat mencapai 5,51 persen, juga lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan nilai tukar rupiah menguat sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Rupiah pada pada awal 2023, hingga 27 Januari 2023, mengalami apresiasi sebesar 3,89 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd).
“Penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda,” jelasnya.
Sri Mulyani menambahkan, pasar Surat Berharga Negara (SBN) melanjutkan penguatan di awal tahun 2023, didorong pembelian kembali SBN oleh investor asing.
Hingga 27 Januari 2023, tercatat net buy oleh nonresiden sebesar Rp48.53 triliun, perbankan sebesar Rp121,98 triliun, dan investor keuangan nonbank sebesar Rp3,63 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel