Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI hingga PT bank Central Asia Tbk. (BBCA) kompak menunjukkan peningkatan efisiensi.
Hal tersebut terindikasi dari menurunnya rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) sejumlah bank jumbo seperti BMRI, BBNI, dan BBCA yang menyusut.
Mengacu pada laporan keuangan kuartal IV/2022 Bank Mandiri diketahui mencatatkan penurunan BOPO sebesar 991 basis poin (bps) secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sebagai informasi, BMRI pada Desember 2021 membukukan beban operasional terhadap pendapatan pada level 67,26 persen. Sementara itu hingga akhir 2022, posisi BOPO Bank Mandiri sebesar 57,35 persen.
Direktur Utama BMRI Darmawan Junaidi menjelaskan bahwa kunci performa saham BMRI yang solid sepanjang tahun 2022 tidak terlepas dari strategi bisnis perseroan dalam menjaga pertumbuhan yang prima.
“Berbagai inisiatif digital Bank Mandiri telah berhasil memberikan dampak positif kepada core business perseroan dan turut mendorong Bank Mandiri memperluas peran di pasar ekosistem digital,” pungkas Darmawan dalam paparan kinerja triwulan IV 2022 Bank Mandiri, Senin (31/1/2023).
Bank pelat merah lainnya yakni BBNI juga diketahui berhasil menekan rasio BOPO secara signifikan. Pada Desember 2021 BBNI tercatat membukukan BOPO sebesar 81,18 persen.
Sementara pada Desember 2022, perseroan tercatat membukukan BOPO di level 68,63 persen. Artinya, perseroan telah memangkas beban operasional sebesar 1.255 bps sepanjang tahun.
Tak ayal, laba BBNI tembus ke level tertinggi sepanjang masa sebesar Rp18,31 triliun atau tumbuh 68 persen yoy.
Capaian laba tertinggi BNI dalam sejarah ini juga disokong oleh pertumbuhan fee based income yang optimal mencapai 14,82 persen sepanjang 2022 atau naik 119 basis poin (bps) bila dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2021 sebesar 13,63 persen.
"Laba bersih konsolidasi yang tercatat Rp18,31 triliun, perolehan laba bersih ini tertinggi sepanjang sejarah BNI," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar.
Sementara BCA, hingga akhir 2022 tercatat membukukan penurunan BOPO mencapai 761 basis poin dari 54,15 persen pada Desember 2021 menjadi 46,54 persen pada akhir Desember 2022.
Alhasil, laba BBCA terkerek mencapai Rp40,7 triliun atau tumbuh 20,6 persen yoy.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BBCA sebagai moderator dalam Analyst Meeting Paparan Kinerja Tahun 2022 BCA menjelaskan bahwa pertumbuhan tersebut menjelaskan bahwa perkembangan ekosistem secara hybrid baik pada platform online maupun offline mendorong frekuensi hingga mendulang dana murah (tabungan dan giro) atau CASA naik 10,6 persen yoy pada Desember 2022.
"Presiden Direktur BCA, Bapak Jahja Setiaatmadja menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan nasabah serta dukungan dari pemerintah dan otoritas sehingga BCA melewati 2022 dengan kinerja yang solid," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel