Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI membukukan laba bersih Rp51,4 triliun sepanjang 2022, atau melesat 67,15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa sejumlah faktor menjadi pendorong capaian laba BRI pada 2022 itu. "Capaian laba ini tak lepas dari strategi respon yang kita lakukan dalam menghadapi tantangan," ujarnya dalam paparan kinerja BRI 2022 pada Rabu (8/2/202).
Faktor pertama yakni efisiensi. BRI menjalankan efisiensi dengan penekanan biaya dana atau cost of fund melalui perbaikan struktur pendanaan.
Hal itu dilihat dari peningkatan dana murah atau current account savings account (CASA) BRI sebesar 360 basis poin (bps) menjadi 66,7 persen. Kemudian, cost of fund turun jadi hanya 1,87 persen pada akhir 2022.
Lalu, pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun dari 74,3 persen menjadi 64,2 persen. Hal tersebut diikuti pula dengan rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) yang ditekan dari 43,26 persen menjadi 41,95 persen.
Faktor kedua adalah, pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang tumbuh hingga dobel digit atau 10,16 persen yoy menjadi Rp18,80 triliun, sebagai dampak transformasi digital.
Dengan capaian itu, fee income ratio jadi 11,37 persen. "Jadi ini sudah dobel digit. 11,37 persen total pendapatan kami disumbang oleh fee based income bukan bunga," ujar Sunarso.
Ketiga, faktor recovery rate. BRI menurutnya mengupayakan recovery sebagai bagian upaya meningkatkan pendapatan. Recovery rate ini mencapai 59,12 persen pada 2022.
Selain itu, BRI menurutnya mempunyai data bahwa pendapatan bunga bukan faktor penentu kinerja.
"Berdasarkan data historis BRI, tidak ditemukan korelasi positif NIM [marjin bunga bersih/net interest margin] dengan laba BRI. Faktor utama laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan peningkatan jumlah nasabah yang dilayani," ujarnya.
Ini dibuktikan dengan capaian NIM BRI yang malah menurun. Pada 2022 BRI mencatatkan penurunan NIM 9 bps menjadi 6,8 persen.
Adapun dari fungsi intermediasi, BRI menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp1.139,08 triliun, naik 13,92 persen yoy. Dengan demikian mendorong aset bank tumbuh 11,2 persen yoy menjadi Rp1.089,8 triliun.
Pertumbuhan kredit bank tercatat diikuti dengan peningkatan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross turun 26 bps menjadi 2,82 persen. Akan tetapi NPL net naik tipis atau 3 bps menjadi 0,73 persen.
Bergeser ke laporan liabilitas perusahaan, BRI menggalang dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.307,9 triliun, naik 14,8 persen yoy. Bila dirinci, secara persentase, giro tumbuh paling kencang yakni 58,6 persen dan kemudian diikuti oleh tabungan 5,0 persen yoy.
Pertumbuhan giro dan tabungan yang lebih besar dari deposito tersebut membuat rasio dana murah BRI naik 36 bps menjadi 66,7 persen.
Kinerja bottom line cemerlang BRI sepanjang 2022 juga tercermin dari rasio penting perusahaan. Tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) naik 104 bps menjadi 3,76 persen. Kemudian tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) tumbuh lebih kencang, yakni 406 bps menjadi 20,93 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel