Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyentil industri perbankan untuk secara nyata memberikan dukungan terhadap upaya hilirisasi komoditas. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sendiri telah mencatatkan pertumbuhan yang lumayan pesat kredit di industri ini.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa hingga akhir Desember 2022, tren penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor industri pengolahan, termasuk industri hilir atau hilirisasi, terus membaik bahkan tumbuh dobel digit dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat yang terus tumbuh positif.
Tercatat, eksposur Bank Mandiri terhadap sektor industri pengolahan termasuk industri hilir mencapai Rp144 triliun pada Desember 2022. Secara rinci, beberapa sub sektor industri pengolahan hilir tersebut adalah industri pengolahan logam atau smelter, industri makanan dan minuman, industri farmasi, industri pupuk, industri kimia, hingga industri pakan ternak.
“Industri pengolahan merupakan sektor terbesar Bank Mandiri dengan portfolio campuran mencapai 15,4 persen,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (8/2/2023).
Bank Mandiri sendiri memandang bahwa industri hilirisasi mempunyai prospek yang baik tahun ini, seiring dengan pemulihan perekonomian Indonesia dan peningkatan permintaan global.
“Sektor ini akan tetap menjadi salah satu fokus tumbuh kredit Bank Mandiri kedepannya,” ujar Rudi.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi juga mengatakan bahwa porsi pembiayaan hilirisasi akan terus bertumbuh sejalan dengan keseriusan pemerintah menggenjot investasi dalam upaya memperkuat hilirisasi industri.
“Kita lihat pertumbuhannya memang cukup menarik. Di sisi value chain dari wholesale tersebut tumbuh lebih tinggi," katanya.
Lebih lanjut, Darmawan menyampaikan bahwa pihaknya tidak hanya memfasilitasi investasi hilirisasi saja, melainkan termasuk juga value chain di bawahnya hingga sampai ke segmen yang paling bawah diantaranya micro banking, consumer, dan small medium enterprise (SME).
Sebagaimana diketahui, pemerintah belakangan ini tengah bertekad menjadikan indonesia sebagai pemain utama dalam industri hilirisasi global. Namun, Presiden Jokowi mengatakan bahwa industri hilirisasi ini membutuhkan pembiayaan yang besar.
"Saya minta betul-betul diberi dukungan yang konkret [kepada perbankan] karena saya dengar yang mau bikin smelter saja kesulitan mencari pendanaan," ujar Jokowi dalam acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan (PTIJK) 2023 pada Senin (6/2/2023).
Kendati demikian, Jokowi meminta agar dukungan pendanaan terhadap industri hilirisasi ke depan dapat diberikan dengan tetap menerapkan kalkulasi serta kehati-hatian yang tinggi.
"Hilirisasi menjadi kunci bagi negara ini kalau kita ingin menjadi negara maju. [Terapkan hilirisasi] di semua komoditas, baik untuk yang namanya CPO, Minerba, hingga yang berasal dari sumber daya alam laut kita," tambahnya.
Jokowi menekankan bahwa hilirisasi kian dipandang penting dalam mendorong pendapatan domestik bruto (PDB) nasional untuk dapat terus tumbuh.
"Saya sudah sering menjelaskan, minerba dan gas itu dari yang namanya nikel saja lompatan kita dari US$1,1 bilion melompat menjadi US$30 miliar setelah ada hilirisasi," terang Jokowi saat menyoroti potensi besar dari hilirisasi.
Lebih lanjut, Jokowi juga memproyeksikan bahwa dampak hilirisasi dari sektor minerba, migas, dan kelautan dapat menyentuh angka US$715 juta. Di samping itu, lapangan kerja baru yang terbangun dapat mencapai 9,6 juta.
"Dan saya minta dukungan OJK [Otoritas Jasa Keuangan] mengenai ini, bagaimana memberikan sosialisasi pentingnya hilirisansi," tutup Presiden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel