Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan pertumbuhan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) pada akhir 2022 sebesar 20 basis poin (bps) secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 5,3 persen. Ada sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan NIM BCA.
Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa NIM merupakan refleksi dari berbagai faktor seperti pergerakan suku bunga pasar dan peningkatan portofolio kredit. Biaya dana atau cost of fund juga akan berdampak terhadap besarnya rasio NIM.
"Jadi, capaian NIM di BCA ini sejalan dengan peningkatan volume kredit, pergerakan suku bunga pasar, dan cost of fund yang relatif terjaga," ujar Hera kepada Bisnis pada Kamis (9/2/2023).
Terkait kredit, hingga akhir Desember 2022 BCA mencatatkan peningkatan penyaluran kredit 11,7 persen yoy menjadi Rp711,3 triliun. Menurutnya, komposisi aktiva produktif BCA juga bergeser ke portofolio kredit yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
Adapun, cost of fund BCA relatif terjaga seiring rasio dana murah atau current account savings account (CASA) yang mencapai 82 persen terhadap dana pihak ketiga (DPK).
Selain itu, menurut Hera, NIM merupakan rasio yang belum memperhitungkan biaya kredit atau cost of credit. "Jadinya, dalam melihat profitabilitas sektor perbankan juga perlu melihat besarnya cost of credit," ujar Hera.
Sebelumnya, NIM perbankan telah menjadi sorotan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan menilai posisi NIM perbankan nasional masih terlalu tinggi, yakni mencapai 4,4 persen sepanjang 2022.
"Tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia," pungkas Jokowi saat menyampaikan pidato pembukanya dalam acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan (PTIJK) 2023 pada Senin (6/2/2023).
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga sempat menyebutkan bahwa NIM perbankan di Indonesia berada pada posisi aman, bahkan masuk jajaran tertinggi di dunia.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa NIM yang besar memang dianggap membawa keuntungan semata bagi perbankan dilihat dari margin suku bunga pinjaman yang besar, sementara suku bunga simpanan yang kecil. Namun, menurutnya NIM yang besar itu banyak pertimbangan.
"Banyak hal yang bisa diteliti, pastikan berapa tingkat suku bunga ideal atau marjin yang didapat bank dari pinjaman serta dana simpanan," ungkap Dian.
Untuk itu, bank mesti menunjukkan komponen apa saja yang menyebabkan tingginya NIM. "Misalnya, apakah ini karena efisiensi bank, mungkin high cost economy, atau lainnya," ujar Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel