Menakar Margin Bunga Bank di Tengah Tren Kenaikan BI Rate

Bisnis.com,09 Feb 2023, 21:07 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi marjin bunga bank. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan akan tergerus jika bunga acuan Bank Indonesia (BI) kembali naik.

Saat menyampaikan pidato pembukanya dalam acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan (PTIJK) 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyentil perbankan karena mempunyai NIM yang terlalu tinggi, yakni mencapai 4,4 persen sepanjang 2022. "Tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia," ujarnya beberapa waktu lalu.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga sempat menyebutkan bahwa NIM perbankan di Indonesia masuk jajaran tertinggi di dunia. Apabila dibandingkan negara lainnya, seperti negara tetangga Thailand, Indonesia memang mempunyai NIM yang lebih tinggi. Berdasarkan data bank sentral di Thailand, NIM perbankan di Thailand per kuartal III/2022 mencapai level 2,51 persen. Sementara, negara tetangga lainnya seperti Malaysia dan Singapura berada di level lebih bawah lagi.

Vice President Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Hera F. Haryn mengatakan bahwa NIM merupakan refleksi dari berbagai faktor, salah satunya suku bunga pasar.

"Jadi, capaian NIM ini sejalan dengan peningkatan volume kredit, pergerakan suku bunga pasar, dan cost of fund [biaya dana] yang relatif terjaga," ujar Hera kepada Bisnis pada Kamis (9/2/2023).

BCA sendiri mencatatkan peningkatan NIM pada akhir 2022 sebesar 20 basis poin (bps) secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 5,3 persen.

Meski begitu, seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, NIM perbankan ini dianggap akan tergerus. "Saat suku bunga acuan Bank Indonesia naik, bank memberikan bunga spesial besar kepada nasabah deposan, itu kalau terlalu tinggi akan pengaruhi NIM," ujar Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin kepada Bisnis.

Bank Indonesia memang telah menaikan suku bunga acuannya secara beruntun sejak Agustus 2022 lalu. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) awal tahun ini, Bank Indonesia juga telah memutuskan untuk kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia memang memberikan dampak terhadap NIM perbankan. "Akan tetapi, relatif BI [Bank Indonesia] menaikan suku bunga pada Agustus 2022, The Fed dari April, dan dampaknya ke DPK [dana pihak ketiga] perbankan tidak serta merta, karena likuiditas baik sekali," ungkap Jahja.

Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) Yuddy Renaldi juga mengungkapkan bahwa NIM perbankan di Indonesia tinggi, salah satunya karena mempunyai ekosistem yang baik, terutama di bank pembangunan daerah (BPD). 

“Ekosistem yang dapat dikelola dengan baik dapat meredam goncangan yang ada, sekaligus menjaga NIM pada level yang cukup baik,” ujar Yuddy kepada Bisnis.

Bank BJB sendiri mencatatkan NIM 5,83 persen per September 2022, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di level 5,66 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini