Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menyoroti pangsa pasar perbankan syariah di Tanah Air yang masih tergolong rendah. Pun tingkat penetrasi kepada nasabah korporasi terbilang kecil.
"Ini jadi catatan kami bahwa market share masih di angka 7 persen. Ada peluang yang harus digali," kata Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo dalam konferensi pers GIFS pada Senin (13/2/2023).
Lebih detail, berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), porsi syariah dari total aset secara keseluruhan perbankan memang baru mencapai 7 persen. Aset perbankan per kuartal III/2022 mencapai Rp730,93 triliun dengan pembiayaan mencapai Rp477,50 triliun.
Selain itu, masyarakat Indonesia juga masih banyak yang belum tersentuh layanan perbankan syariah, ini terlihat dari inklusi keuangan syariah Indonesia yang hanya mencapai 12,12 persen berdasarkan Survei Nasional Literasi Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022. Sementara, indeks literasi keuangan syariah untuk masyarakat Indonesia juga masih kecil, 9,14 persen di posisi 2022.
Oleh karena itu perusahaan akan menggelar Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2023. Acara ini akan berlangsung pada 15-16 Februari 2023 di Jakarta. BSI mengambil tema ‘Islamic Finance for Real Sector Development’ dalam forum internasional tersebut.
Sementara, akan hadir sejumlah pembicara seperti Professor & Sharjah Chair in Islamic Law & Finance dari Durham University Britania Raya Habib Ahmed, Co-Founder of IFAAS Group & CEO of IFIN Services Shaher Abbas, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, hingga Chairman CT Corp Chairul Tanjung.
Dalam forum tersebut, BSI juga akan menggelar BSI Wealth Insight dengan mengambil tema ‘Creating Values in Times of Uncertainty’.
Executive Vice President Corporate Finance & Solution BSI Indra Kampono mengatakan bahwa forum internasional tersebut merupakan upaya BSI dalam mendapatkan masukan-masukan dan mempelajari pengalaman dari para expert keuangan syariah global. Ia berharap, dengan masukan-masukan tersebut BSI mampu mendongkrak kontribusi bisnis keuangan syariah di Indonesia.
“Kami optimis, seiring prediksi Bank Indonesia bahwa ekonomi syariah pada tahun ini akan tumbuh positif," ujar Indra.
BSI juga berharap forum tersebut dapat memberikan pemahaman lebih kepada stakeholder, khususnya korporasi besar di Indonesia. Ia mengatakan bahwa perbankan syariah harus mampu melihat peluang dan terus melakukan literasi agar menjadi pilihan utama bagi bisnis ritel, manufaktur, energi terbarukan, infrastruktur, hingga konstruksi.
Menurutnya, saat ini porsi pembiayaan di BSI mayoritas diberikan kepada segmen konsumer. Sementara, segmen korporasi terbilang masih sedikit.
"Padahal, produk yang kami tawarkan untuk segmen korporasi sama saja dengan bank konvensional, seperti untuk working capital hingga cash management. Hanya karena pakai bahasa Arab jadi nasabah korporasi kurang begitu memahaminya," ungkap Indra.
Berdasarkan laporan keuangannya, BSI mencatatkan penyaluran pinjaman untuk segmen korporasi pada 2022 sebesar Rp46,13 triliun, naik 18,47 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Sementara, total pembiayaan emiten bank berkode BRIS ini mencapai Rp208 triliun sepanjang 2022, naik 21,26 persen yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel