Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) menyampaikan perolehan laba senilai Rp1,8 triliun sepanjang 2022 disebabkan oleh mobilisasi masyarakat yang kembali aktif yang diikuti dengan daya konsumsi yang mulai menggeliat.
Finance Director BFI Finance Sudjono menuturkan sejumlah faktor tersebut membuat industri pembiayaan nasional ikut terkerek dengan tren pertumbuhan dan kualitas yang baik sepanjang tahun berjalan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Harian Bisnis Indonesia edisi Selasa (14/2/2023), BFI Finance dan entitas anak membukukan laba tahun berjalan senilai Rp1,8 triliun sepanjang 2022. Perolehan laba tersebut naik 59,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya hanya mencapai Rp1,13 triliun pada Desember 2021.
“Capaian positif ini tak lepas dari kondusifnya perekonomian nasional sepanjang tahun lalu yang ditunjang oleh ekspor yang gencar dibarengi derasnya aliran investasi ke berbagai sektor usaha,” kata Sudjono dalam keterangan tertulis, Selasa (14/2/2023).
Selain itu, BFI Finance juga membukukan total aset senilai Rp21,92 triliun. Aset BFIN tumbuh 40,25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp15,63 triliun.
Sementara dari sisi pembiayaan, perusahaan leasing yang dikendalikan Boy Thohir dan Jerry Ng menyalurkan total pembiayaan baru (booking) tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, yakni Rp20 triliun atau naik 52,7 persen yoy.
Adapun, Sudjono mengungkapkan piutang pembiayaan yang dikelola tercatat Rp20,5 triliun atau tumbuh 40,7 persen yoy dengan portofolio pembiayaan roda empat sebesar 67,3 persen, alat berat dan mesin 13 persen, roda dua 11,9 persen, pembiayaan agunan sertifikat rumah dan ruko (property-backed financing) 4,2 persen, serta syariah sebesar 3,6 persen.
“Kami mencatatkan pertumbuhan yang sehat juga tingkat risiko yang terkendali, di mana nilai pencadangan, kualitas aset, dan seluruh rasio penting keuangan yang menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.
Sudjono merincikan return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) perusahaan masing-masing berada di posisi 12,2 persen dan 21,9 persen. Diikuti dengan rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) yang ditekan di angka bruto 1,00 persen atau turun 25 bps yoy dengan NPF coverage berada pada angka 4,1 kali.
Lebih lanjut, Sudjono menyampaikan bahwa rapor kinerja sepanjang 2022 menjadi bekal emiten bersandi saham BFIN untuk menyongsong tahun 2023 dengan penuh optimisme.
“Perusahaan tetap fokus pada penyediaan solusi keuangan yang bersifat customer centric dengan menyesuaikan kebutuhan setiap segmen pasar melalui pengembangan teknologi informasi dan kapasitas digitalisasi,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel