WHO: 26 Juta Korban Gempa Turki dan Suriah Butuh Bantuan Kemanusiaan

Bisnis.com,16 Feb 2023, 16:35 WIB
Penulis: Erta Darwati
Tim penyelamat membawa seorang gadis dari bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di Diyarbakir, Turki, Senin (6/2/2023). REUTERS - Sertac Kayar

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge mengatakan bahwa sekitar 26 juta orang di Turki dan Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan setelah gempa bumi, pada Senin (6/2/2023). 

Dia menyampaikan bahwa kebutuhan para korban gempa bumi di Turki dan Suriah sangat besar dan meningkat setiap jam. 

"Kebutuhannya sangat besar, meningkat setiap jam. Sekitar 26 juta orang di kedua negara membutuhkan bantuan kemanusiaan," katanya.

WHO mencatat bahwa lebih dari 35.000 orang telah kehilangan nyawa di Turki, sedangkan jumlah yang terluka hampir 100.000, dan jumlah kematian lebih dari 5.800 di Suriah. 

"Semua angka ini kemungkinan besar akan naik," lanjut Kluge menekankan, seperti dilansir dari TASS, Kamis (16/2/2023). 

Menurutnya, gempa bumi di Turki ialah bencana alam terburuk di wilayah Eropa selama seabad, dan sangat merugikan. 

“Kita menyaksikan bencana alam terburuk di wilayah Eropa selama satu abad. Kita masih mempelajari besarannya. Belum diketahui berapa biaya sebenarnya,” tambahnya.

WHO juga telah mendesak negara-negara untuk bisa menyediakan US$43 juta atau Rp650 miliar guna mendukung respon gempa di kedua negara tersebut. 

"Saya berharap ini setidaknya dua kali lipat dalam beberapa hari mendatang, karena kami mendapatkan penilaian yang lebih baik tentang skala besar krisis ini dan kebutuhannya," ujar pejabat itu menekankan.

Diketahui, gempa bumi mengguncang Turki dan Suriah dengan magnitudo 7,8 pada Senin (6/2/2023). Guncangan gempa itu diikuti oleh ratusan gempa susulan.

Sepekan pascagempa bumi, otoritas PBB mengatakan bahwa fase penyelamatan korban terdampak yang tertimbun reruntuhan segera berakhir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini