Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate pada tingkat 5,75 persen hingga akhir 2023. Hal ini menjadi kabar baik bagi para nasabah KPR.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa dari sisi global, perekonomian masih menghadapi ketidakpastian mengenai kapan kebijakan suku bunga global akan mencapai puncaknya dikarenakan inflasi global yang masih tetap tinggi meski sudah mereda.
Di sisi lain, dia menilai sektor eksternal Indonesia tetap tangguh. Hal ini tercermin dari berlanjutnya surplus perdagangan Indonesia pada Januari 2023, yaitu sebesar US$3,87 miliar.
Di samping itu, pasar surat berharga mencatatkan aliran modal masuk sebesar Rp47,7 triliun sepanjang 2023 atau hingga 15 Februari 2023. Sejalan dengan itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terapresiasi sebesar 2,3 persen pada periode yang sama.
Faisal memperkirakan, inflasi domestik akan tetap berada di atas batas atas kisaran target 2–4 persen setidaknya hingga semester pertama 2023, di tengah dampak putaran kedua penyesuaian harga BBM terhadap barang dan jasa lain dan efek dasar yang rendah di paruh pertama tahun 2022. Menurutnya, inflasi akan terus menurun pada paruh kedua menuju 3,60 persen pada akhir 2023.
“Secara keseluruhan, BI7DRR kami perkirakan akan tetap di level 5,75 persen hingga sisa 2023 dengan tetap mewaspadai perkembangan ekonomi global ke depan yang masih penuh dengan ketidakpastian,” kata Faisal, Kamis (16/2/2023).
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menilai masih terdapat ruang bagi BI melakukan pengetatan kebijakan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin lagi, mempertimbangkan domestic output gap and interest rate differential.
“Namun, otoritas moneter tampak berhati-hati dalam pemanfaatannya untuk menjamin kesinambungan pertumbuhan ekonomi,” kata dia.
Faiz berpendapat, ketidakpastian dari faktor eksternal tetap tinggi, sementara risiko inflasi inti masih cenderung meningkat. Tercatat indeks harga produsen berada pada level 10 persen pada akhir 2022, masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga konsumen sebesar 5,3 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa produsen dapat mendorong kenaikan harga output.
Pada konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari 2023, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tingkat suku bunga acuan saat ini telah memadai untuk mendorong penurunan laju inflasi ke depan.
Dia mengatakan, dengan kenaikan suku bunga acuan hingga 5,75 persen, maka tidak diperlukan lagi kenaikan suku bunga lanjutan.
“Kita memandang dan meyakini bahwa suku bunga BI rate itu memadai, memadai dalam arti ya tidak diperlukan suatu kenaikan lagi, itulah stance dari kebijakan moneter,” katanya.
Sebagaimana diketahui, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen pada Februari ini.
Perry optimistis, tingkat suku bunga tersebut memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 2–4 persen pada semester I/2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke pada sasaran 2–4 persen pada semester II/2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel